Nationalgeographic.co.id—Kemenyan atau olibanum memiliki aroma wewangian berbentuk kristal yang digunakan dalam dupa dan parfum.
Marlundu Lumbal Gaol, mitra binaan BRIN, melihat potensi kemenyan yang ada di daerahnya di pinggiran Danau Toba, Sumatera Utara, dan memanfaatkannya untuk dijadikan aroma terapi dan parfum.
Kemenyan yang dimanfaatkan olehnya ini sudah berabad-abad lamanya tumbuh di Tanah Batak.
“Kemenyan yang ditanam di pinggiran Danau Toba, kualitasnya sangat bagus dan melimpah," ujar Marlundu, saat ditemui Humas BRIN, pada Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo) 2024.
"Kami melihat, apabila kemenyan yang dijual dengan getahnya seharga Rp300.000. Namun jika diolah dan disuling menjadi minyak kemudian diekspor, memiliki nilai ekonomis yang tinggi, menjadi Rp3.000.000. Minyak kemenyan ini yang kami olah menjadi pengikat untuk dijadikan parfum,” papar Marlundu.
Melalui Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bernama Lamitana Atsiri Medicamento, Marlundu menjadi salah satu pelaku UMKM binaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam program Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR).
Marlundu menjelaskan bahwa sejak 2022, usahanya mendapatkan bimbingan dari BRIN melalui peneliti bernama Aswandi dari Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk BRIN.
“Dengan adanya program PPBR ini, kami mendapatkan bantuan pembinaan untuk pengembangan usaha berupa pelatihan pengolahan kemenyan menjadi pengikat untuk parfum, dan kami memanfaatkan aroma tumbuhan di sekitar Danau Toba untuk kombinasi aroma lain,” jelasnya.
Lebih lanjut, Marlundu menjelaskan motivasinya memanfaatkan potensi kemenyan yang berasal dari kampungnya.
“Kami menanam kemenyan, melakukan budi daya, mengolah serta meracik minyak kemenyan ini sendiri, sehingga biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan harga parfum yang beredar dari luar negeri,” tuturnya.
“Kualitas kemenyan yang berasal dari Danau Toba ini juga jauh lebih baik, karena setelah diuji secara lab, kadar citronella-nya lebih tinggi, sebesar 60 persen dibandingkan dengan kemenyan yang ditanam di daerah lain, yang hanya sebesar 40 persen. Hal ini tentunya dikarenakan kekayaan alam serta cuaca di Danau Toba,” ungkap Marlundu.
Baca Juga: Merumuskan Strategi Inovasi Pemanfaatan Sagu di Indonesia Timur
Lamitana perfume yang menjadi jenama parfum buatan Marlundu merupakan parfum murni atsiri yang dipadukan antara minyak kemenyan dan minyak atsiri supaya mendapatkan hasil dengan aroma yang mewah dan tahan lama.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR