Nationalgeographic.co.id—Sejarah seringkali ditulis oleh para pemenang. Tokoh-tokoh yang kalah dalam pertarungan kekuasaan seringkali menjadi sasaran fitnah dan propaganda.
Salah satu contoh paling nyata adalah kisah Marie Antoinette. Melalui manipulasi informasi dan penyebaran rumor, citranya sebagai seorang ratu yang kejam dan tidak berperasaan berhasil diciptakan.
Kalimat "let them eat cake" adalah salah satu contoh paling terkenal dari propaganda tersebut.
Artikel ini akan mengungkap bagaimana rumor ini digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan reputasi Marie Antoinette dan membenarkan revolusi Prancis.
Sejarah singkat Marie Antoinette
Marie Antoinette, ratu yang namanya begitu lekat dengan kemewahan dan kejatuhan monarki Prancis, lahir pada 2 November 1755 di jantung Kekaisaran Austria.
Di usia 14 tahun, ia dipaksa meninggalkan kehidupannya yang nyaman untuk menikah dengan Louis XVI, pewaris tahta Prancis. Pernikahan politik ini menandai awal dari perjalanan hidup yang penuh gemerlap namun berakhir tragis.
Setibanya di Versailles, Marie Antoinette dengan cepat menjadi pusat perhatian. Kecantikannya yang memukau dan selera mode yang tinggi membuatnya menjadi ikon gaya pada masanya.
Namun, di balik penampilannya yang glamor, tersimpan kepribadian yang kompleks. Ia digambarkan sebagai sosok yang cerdas, namun impulsif dan boros.
Kecintaannya pada pesta pora dan barang-barang mewah semakin memperuncing kontras dengan penderitaan rakyat Prancis yang semakin menderita akibat krisis ekonomi.
Ketika Revolusi Prancis meletus, Marie Antoinette menjadi sasaran kemarahan massa. Ia dituduh sebagai simbol kemewahan dan kebejatan aristokrasi.
Baca Juga: Hari-hari Terakhir Marie Antoinette, Masih Sempat Minta Maaf saat Tak Sengaja Injak Kaki Orang Lain
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
KOMENTAR