Data tertua, yang dikumpulkan pada tahun 1996 oleh Doug Wallace dari Dalhousie University, menjadi titik awal yang sangat berharga untuk melihat bagaimana kadar CO₂ berubah seiring waktu.
Lapisan demi lapisan
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa lapisan permukaan laut, yang berada sekitar 200 meter di bawah permukaan, mengandung konsentrasi CO₂ antropogenik tertinggi.
Hal ini dikarenakan lapisan permukaan secara langsung berinteraksi dengan atmosfer, sehingga penyerapan CO₂ dari udara menjadi lebih efisien.
"Aspek yang paling menarik adalah kita bisa membandingkan proporsi CO₂ alami dan antropogenik dalam air laut, serta melihat bagaimana usia air mempengaruhi akumulasi karbon antropogenik," ujar Cai.
Air permukaan yang baru tiba dari Teluk Meksiko melalui Arus Gulf Stream, misalnya, memiliki kadar CO₂ antropogenik yang tinggi namun kandungan CO₂ alami yang relatif rendah.
Sebaliknya, lapisan air di bawahnya (lebih dari 200 meter) yang berasal dari Samudra Selatan, memiliki kandungan CO₂ alami yang tinggi namun kadar CO₂ antropogeniknya jauh lebih rendah.
"Air permukaan memiliki karbon dioksida antropogenik yang sangat tinggi, tetapi air lapisan tengah, yaitu air yang berasal dari Samudra Selatan dan disebut sebagai Air Antara Antartika, air tersebut melakukan perjalanan yang panjang, mungkin 100 tahun dari Samudra Selatan ke Pantai Timur," kata Cai.
"Air tersebut memiliki banyak karbon dioksida alami karena dekomposisi mikroba, tetapi air tersebut memiliki kadar karbon antropogenik yang sangat rendah."
Lebih dalam lagi, terdapat Air Dalam Atlantik Utara yang tenggelam pada musim dingin dan melakukan perjalanan dari Laut Labrador ke Pantai Timur selama dua dekade."Air ini memiliki tingkat karbon dioksida antropogenik menengah," kata Cai.
"Setiap massa air memiliki tingkat karbon dioksida yang tercatat dari waktu pembentukannya, dan ini memberi kita sejarah perubahan-perubahan ini. Menarik untuk melihat bahwa air yang lebih baru memiliki tingkat karbon antropogenik yang tertinggi."
Baca Juga: Ada Program Kredit Karbon untuk Petani Padi Lewat Metode Irigasi Tetes
KOMENTAR