Li menggambarkan distribusi CO₂ antropogenik di lautan sebagai "struktur sandwich". Lapisan atas kaya akan karbon antropogenik, lapisan tengah rendah, dan lapisan bawah memiliki tingkat menengah.
"Distribusi ini sangat terkait dengan usia air dan kontaknya dengan atmosfer," kata Li.
Perjalanan karbon manusia
Penemuan lain yang mengejutkan adalah bahwa kadar CO₂ antropogenik justru menurun ketika mendekati garis pantai. Fenomena ini berbanding terbalik dengan apa yang banyak diasumsikan sebelumnya.
"Kami menemukan bahwa semakin dekat ke pantai, terutama di daerah muara sungai seperti Delaware Bay dan Chesapeake Bay, kadar CO₂ antropogenik justru semakin rendah," jelas Cai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini. Salah satunya adalah salinitas air. Perairan dekat pantai umumnya memiliki salinitas yang lebih rendah dibandingkan perairan lepas pantai. Kondisi ini membatasi kemampuan air untuk menyerap CO₂ antropogenik.
Selain itu, perairan muara sungai memiliki waktu tinggal yang relatif singkat, artinya air tidak berdiam terlalu lama di satu tempat. Hal ini mengurangi peluang bagi CO₂ untuk terakumulasi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah hilangnya lahan basah di Amerika Utara. Lahan basah memiliki peran penting dalam menyerap karbon.
Namun, sayangnya, laju hilangnya lahan basah tiga kali lipat lebih cepat dibandingkan laju pertumbuhannya. Hal ini semakin mengurangi potensi penyerapan karbon di wilayah pesisir.
Temuan ini memiliki implikasi yang luas bagi pemahaman kita tentang siklus karbon global. Selama ini, banyak peneliti berdebat tentang apakah ada peningkatan transportasi CO₂ antropogenik dari daratan ke laut. Studi terbaru ini memberikan jawaban yang lebih jelas.
"Kesimpulan kami adalah bahwa tidak ada peningkatan transportasi alami karbon antropogenik dari daratan ke laut pesisir," tegas Cai. "Sebagian besar CO₂ antropogenik di perairan pesisir berasal dari atmosfer di atasnya dan kemudian tercampur dengan massa air lepas pantai."
KOMENTAR