Nationalgeographic.co.id—Menampilkan Art the Clown sebagai penjahat utama, film Terrifier 2 begitu mengerikan. Konon ada laporan tentang penonton yang muntah dan pingsan di teater.
Dan setiap Halloween, Anda akan melihat badut-badut menakutkan mengintai di atraksi rumah hantu. Atau orang-orang yang mengenakan kostum Pennywise, badut jahat dari "It" karya Stephen King. Alih-alih lucu dan menyenangkan, mengapa badut juga memiliki citra yang menyeramkan?
Badut secara teratur diundang ke pesta ulang tahun anak-anak. Mereka bahkan kerap menghibur di acara-acara lainnya. Badut diundang bukan untuk meneror, tetapi untuk menyenangkan dan menghibur. Selama sebagian besar abad ke-20, menghibur adalah peran standar badut.
Namun, badut ternyata pernah memiliki sisi gelap. Sebelum abad ke-20, badut di sirkus Amerika sebagian besar dianggap sebagai bentuk hiburan dewasa.
Badut masa kini adalah seniman serius dengan banyak sekali pelatihan dalam bidang mereka. Namun, kita pun harus mengakui bahwa badut-badut yang pernah muncul di sirkus Amerika itu mampu membuat orang merinding.
Badut pemabuk yang mengenakan pakaian perempuan
Selama sebagian besar abad ke-19, sirkus merupakan acara yang relatif kecil di satu arena. Pertunjukan ini merupakan acara yang gaduh. “Penonton merasa bebas untuk berteriak, mencemooh, dan mendesis kepada para pemain,” tulis Madeline Steiner di laman Big Think.
Biasanya, badut akan terlibat dalam olok-olok dengan pemimpin sirkus yang sabar. Sang pemimpin sirkus sering menjadi sasaran lelucon para badut. Meminjam tradisi komedi dari pertunjukan penyanyi sirkus berwajah hitam, badut sirkus menggunakan permainan kata. Mereka kerap melontarkan humor yang berlebihan.
Salah satu aksi badut yang sangat populer digambarkan Mark Twain dalam The Adventures of Huckleberry Finn. melibatkan seorang pemain yang menyamar sebagai pengunjung sirkus yang mabuk. Pemain itu mengejutkan penonton dengan memasuki arena dan dengan canggung mencoba menunggangi salah satu kuda pertunjukan. Ia kemudian secara dramatis memperlihatkan dirinya sebagai bagian dari pertunjukan.
Badut terkenal abad ke-19 Dan Rice dikenal karena memasukkan gosip lokal dan komentar politik dalam penampilannya. “Ia juga meniru tokoh-tokoh terkemuka di setiap kota yang dikunjunginya,” tambah Steiner.
Lelucon yang mereka sampaikan sering kali misoginis dan penuh dengan makna ganda seksual. Hal ini tidak menjadi masalah karena penonton sirkus di masa itu sebagian besar adalah orang dewasa dan laki-laki. Saat itu, sirkus merupakan bentuk hiburan yang terstigma di AS. Sirkus dianggap tidak terhormat karena hubungannya dengan perjudian, penipuan, pemain wanita berpakaian minim, kata-kata kotor, dan alkohol.
Baca Juga: Deretan Profesi Aneh Sejarah Romawi Kuno, Ada Badut Pemakaman
Para pemimpin gereja secara teratur memperingatkan jemaat mereka untuk tidak menonton pertunjukan sirkus. Beberapa negara bagian bahkan memiliki undang-undang yang melarang sirkus sama sekali.
Badut berperan dalam memperburuk reputasi sirkus di Amerika saat itu.
Pemain sirkus P.T. Barnum mencatat bahwa sebagian dari daya tarik sirkus terdiri dari lelucon vulgar badut. Badut juga menumbangkan norma gender. Banyak yang tampil dalam balutan pakaian perempuan. Ironisnya, mereka sering kali melebih-lebihkan sosok perempuan dengan payudara palsu yang besar seperti dalam kartun.
Sudah jelas bahwa pertunjukan badut-badut sirkus di Amerika pada abad ke-19 bukan untuk anak-anak.
Badut mengubah citranya
Baru pada tahun 1880-an dan 1890-an, ketika pengusaha hiburan seperti Barnum berupaya untuk "membersihkan" sirkus. Tujuannya agar bisa menarik lebih banyak penonton. Saat itu, badut benar-benar dikaitkan dengan anak-anak.
Setelah sirkus mulai bepergian dengan kereta api, mereka dapat membawa lebih banyak peralatan. Hal ini memungkinkan mereka untuk makin berkembang dengan arena yang lebih besar. Penonton tidak dapat lagi mendengar suara para pemain yang ada di panggung. Maka muncul badut menjadi komedian pantomim. Badut baru ini pun menghilangkan bahasa yang berpotensi vulgar atau sugestif.
Pemilik sirkus, yang bertujuan untuk menghasilkan uang sebanyak mungkin, mencoba untuk menarik lebih banyak penonton. Termasuk wanita dan anak-anak. Untuk itu, mereka harus menghapus semua adegan memalukan. Sirkus pun melakukan pemantauan ketat terhadap perilaku karyawan mereka.
Pertunjukan dengan daya tahan paling lama, seperti Pertunjukan Terhebat di Bumi karya Barnum & Bailey. Pertunjukan mereka dikenal sebagai pertunjukan Sunday school atau sekolah Minggu. Pertunjukan tersebut bebas dari konten yang tidak pantas. Mereka berhasil menggambarkan diri mereka sebagai penyedia hiburan yang baik dan bersih.
Badut memainkan peran dalam transformasi ini. Penampilan mereka mudah dipahami anak-anak. Mereka tetap melontarkan lelucon kasar yang dianggap sebagai hiburan yang menyenangkan.
Hal ini berdampak lama. Badut menghibur keluarga di sirkus. Dan seiring dengan beralihnya hiburan ke film dan televisi, badut yang ramah anak juga mengikutinya. Badut menjadi bagian utama hiburan anak-anak pada abad ke-20. Sebuah program televisi populer yang menampilkan Bozo the Clown ditayangkan selama 40 tahun, dari tahun 1960 hingga 2001.
Dimulai pada tahun 1980-an, badut menjadi pengunjung tetap rumah sakit anak-anak untuk menghibur pasien muda. Dan perusahaan seperti McDonald's menggunakan badut sebagai maskotnya untuk menarik anak-anak.
Tapi pada abad ke-21, terjadi perubahan yang tajam. Sebuah studi tahun 2008 menyimpulkan bahwa "badut pada umumnya tidak disukai" oleh anak-anak saat ini. Beberapa orang menunjuk badut yang berubah menjadi pembunuh berantai John Wayne Gacy sebagai titik balik. Sementara yang lain mungkin menyalahkan "It" karya Stephen King karena telah membuat badut menjadi menakutkan.
Setelah meneliti sejarah sirkus di Amerika, badut yang disukai oleh anak-anak tampak sebagai hal yang “menyimpang dari norma”. Badut menakutkan saat ini bukanlah penyimpangan dari tradisi, tetapi kembali ke asalnya.
Source | : | Big Think |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR