Usaha untuk menguasai keterampilan menulis indah membawa seseorang lebih dekat pada kesempurnaan spiritual dan Tuhan. Hal ini terlihat dalam tradisi pewarisan pengetahuan dari guru ke murid.
Mengikuti struktur pengajaran spiritual sufisme, proses ini disebut "rantai transmisi". Melalui proses pelatihan ini, ciri khas individu tetap dipertahankan sehingga dapat ditelusuri kembali berabad-abad ke belakang merujuk ke silsilah panjang para ahli kaligrafi.
Perjalanan untuk menjadi guru kaligrafi membutuhkan kesabaran, dedikasi, dan latihan seumur hidup. Sejak usia dini, anak-anak diperkenalkan dengan kaligrafi di sekolah.
Di sana, mereka mengenali proporsi dan estetika umum kaligrafi. Seorang siswa yang menunjukkan bakat alami akan didorong untuk mengikuti pelajaran privat dengan seorang guru.
Bahkan siswa yang tidak mampu membayar pelajaran privat tetap dapat kesempatan belajar. Osman punya kebiasaan memilih satu hari dalam seminggu untuk memberikan pelajaran kepada siswa yang tidak mampu membayar.
Proses belajar kaligrafi dimulai dengan praktik taklid. Siswa dengan cermat memperhatikan saat guru menulis mesk (model). Pemula menerima mufredat (pelajaran dasar) yang terdiri dari huruf tunggal atau ganda. Pelajaran tingkat berikutnya disebut murekkebat (kata-kata dan ayat-ayat Al-Qur'an).
Siswa kemudian menyalin mesk tersebut dan menyerahkannya kepada guru. Dengan teliti, guru memperbaiki mesk dengan mengoreksi huruf yang benar di bawah karya siswa.
Guru juga menuliskan jumlah dan penempatan titik-titik berbentuk belah ketupat (nokta) yang benar untuk membimbing siswa dalam proporsi yang tepat. Siswa kemudian berlatih dan mengulang proses ini hingga goresan-goresannya sempurna.
Langkah selanjutnya adalah mencoba menciptakan tata letak frase pada kertas dalam komposisi yang indah. Setelah tiga hingga lima tahun pelajaran mingguan, seorang siswa dapat lulus dengan mendapatkan icazetname (dokumen izin atau diploma).
Guru memilih karya seorang master besar untuk ditiru oleh siswa. Karya yang telah selesai disajikan kepada juri dari para guru kaligrafi yang memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan prestasi artistik.
Guru menyelesaikan pembelajaran tersebut dengan menorehkan kalimat dalam bahasa Arab pada karya siswa, "Saya memberikan izin kepada penulis kit’a yang indah ini, (nama siswa), untuk menandatangani namanya di bawah karyanya. Semoga Tuhan memperpanjang umurnya dan menambah ilmunya. Saya adalah gurunya.”
Baca Juga: Rahasia Tarekat Sufi 'Backingan' Janissari, Korps Militer Terkuat Ottoman
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR