Di tebing di samping patung Buddha Leshan terdapat dua prajurit batu berukir dalam jubah perang. Dua patung prajurit itu memegang tombak (gabungan tombak dan kapak perang).
Selain Buddha Raksasa, terdapat ribuan Buddha berukir lainnya. Keberadaan patung-patung tersebut menjadikan gunung ini sebagai museum ukiran Buddha.
Makam tebing Dinasti Han juga ditemukan di situs tersebut. Selain itu, terdapat kuil dan tempat pemujaan di lokasi yang didedikasikan untuk Hai Tong di dekat patung Buddha. Artefak kamar mayat juga ditemukan di sini sehingga area ini sangat penting bagi para arkeolog.
Berkunjung ke Patung Buddha Leshan
Ada dua cara untuk mengunjungi Leshan Giant Buddha: berjalan kaki dan naik perahu.
Jika ingin melihat patung Buddha Leshan dari dekat, Anda dapat memilih rute jalan kaki. Anda akan berjalan di sepanjang jalan setapak untuk menikmati pemandangan patung dari berbagai sudut. Mulai dari kepala hingga kakinya.
Jalan setapak tersebut curam dan sempit. Jika Anda tidak nyaman untuk berjalan kaki, sebaiknya hindari opsi ini.
Sebagai alternatif, Anda dapat mengunjungi patung Buddha Leshan dengan perahu wisata. Dengan demikian, Anda dapat melihat Buddha dari kejauhan dan mendapatkan pemandangan panoramanya.
Menggunakan perahu juga sangat direkomendasikan pada musim puncak wisatawan (Juli–Oktober) untuk menghindari keramaian.
Ancaman bagi pelestarian patung Buddha Leshan
Saat ini, erosi merupakan ancaman terbesar bagi pelestarian patung Buddha Leshan. Patung tersebut hampir hancur akibat erosi angin dan hujan sebelum tahun 1963. Pemerintah Tiongkok pun mulai melakukan perbaikan dan perlindungan.
Pada tahun 1996, Komite Warisan Dunia UNESCO memasukkan kawasan Pemandangan Gunung Emei dan Kawasan Pemandangan Buddha Raksasa Leshan ke dalam Daftar Warisan Dunia.
Pada awal Tahun Baru Imlek, puluhan ribu orang Tiongkok biasanya berbondong-bondong ke Buddha Leshan. Mereka memberi penghormatan dan berdoa memohon keberuntungan.
Antrean yang perlahan-lahan merayap naik 250 anak tangga ke puncak kepala patung Buddha dapat memakan waktu berjam-jam. Setelah mencapai puncak, sulit untuk bergerak karena setiap orang mencoba untuk melihat Buddha lebih dekat.
Sementara yang lain memilih naik perahu untuk melihat sang Buddha. Peziarah memadati perairan. Semua orang ingin mendapatkan kesempatan untuk membakar dupa. Mereka berharap sang Buddha akan memberi keberuntungan di tahun mendatang.
Source | : | China Highlights,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR