Sekali lagi, terlihat kesamaan dengan mitos Kejadian dalam Alkitab, di mana disebutkan bahwa, setelah terusir dari surga, manusia diberi takdir untuk bekerja dan mengeksploitasi alam.
Menariknya, dalam mitos Hesiod juga disebutkan bahwa dewi Athena memberikan Pandora selubung dan pakaian, yang menunjukkan awal dari seni menenun dan kerajinan ringan, khusus untuk perempuan.
Pada dasarnya, melalui Pandora, para dewa memberikan kepada manusia pembagian tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan, dengan kegiatan sosial-produktif yang secara tegas sudah dibedakan dan diatur.
Para dewa Olimpus memberkati pekerjaan dan pekerjanya, sehingga muncul pertanyaan apakah mitos Hesiod menyajikan kemunculan Pandora hanya sebagai hukuman atau kebangkitan manusia atas tindakan Prometheus?
Mengenai pentingnya kemunculan Pandora, Hesiod memberi nilai positif dan negatif. Namun, dalam sifat yang dikaitkan dengan Prometheus, perspektifnya lebih negatif. Bagi Hesiod, Prometheus menunjukkan kecerdasan pragmatis dan materialistik.
Ia tidak memikirkan pandangan yang luas atau masa depan umat manusia; fokusnya adalah pada manfaat instan yang harus segera diperoleh sekarang, pada keuntungan sesaat.
Perhatian dan ketajamannya terpusat pada hasil saat ini, pada kemenangan kecil yang tak berarti dibandingkan dengan keabadian atau sejarah panjang.
Pada saat yang sama, Prometheus menunjukkan kurangnya kehati-hatian dan kebijaksanaan, yang menunjukkan ketidakmampuannya untuk berhubungan dengan transendensi atau cara manusia mendekati para dewa.
Kegagalan memahami kemampuan ilahi untuk bertindak dan berpikir menjadi dasar dari upayanya menipu Zeus, hingga turunlah kutukan bagi seluruh umat manusia.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR