Jejak fosil dan bukti isotopik memberi kita gambaran tentang peran abadi air di Bumi. Dari lautan purba hingga gletser yang membentang, siklus air terus mengalir, bahkan menjadi bagian dari udara yang kita hirup dan makhluk hidup yang kita kenal.
Dari masa Hadean hingga hari ini, air telah menjadi saksi dan aktor utama dalam sejarah evolusi planet ini, mengukir dinamika geologi dan iklim ke dalam lapisan waktu.
Berapa Umur Air di Bumi?
Air di planet kita telah ada selama sekitar 4,5 miliar tahun. Molekul-molekul air pertama kali muncul dari awan gas dan debu yang membentuk tata surya—campuran hidrogen, helium, dan elemen lain yang menyatu dalam perjalanan panjang pembentukan Bumi.
Fakta yang menakjubkan adalah bahwa sebagian dari air yang ada di planet kita bahkan lebih tua dari Matahari itu sendiri.
"Menariknya, sebagian air yang kita minum hari ini bisa berusia hingga 4,5 miliar tahun. Namun, jangan bayangkan bahwa kita sedang meminum sisa air dari zaman dinosaurus."
Air terus-menerus bergerak dalam siklus besar, dari hujan ke sungai, laut, dan kembali lagi ke atmosfer, menyaring dan memperbarui dirinya dalam perjalanan.
"Jadi, meskipun molekul air itu kuno, wujudnya tetap segar dan siap untuk menghidupi makhluk di Bumi—tanpa rasa "T-Rex" di dalamnya."
Etimologi 'Water'
Kata "water" dalam bahasa Inggris modern berasal dari bahasa Inggris Kuno "wæter," yang jejak etimologinya memberikan gambaran menarik tentang hubungan manusia dengan elemen ini.
Dari akar Proto-Indo-Eropa wed- yang berarti "air" atau "basah," kata ini berkembang melintasi berbagai bahasa dan budaya, mencerminkan persepsi unik setiap peradaban terhadap substansi vital ini. Namun, terlepas dari berbagai istilah dan makna, satu kesepakatan universal tetap ada: air adalah sesuatu yang basah.
Baca Juga: Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR