Nationalgeographic.co.id—Hecatoncheires, yang sering disebut sebagai Makhluk Bertangan Seratus, adalah sosok menakjubkan dalam mitologi Yunani kuno. Dengan seratus tangan dan lima puluh kepala, mereka adalah manifestasi kekuatan yang luar biasa.
Ketiga makhluk ini, Kottos, Briareus, dan Gyges, adalah anak-anak Uranus (sang Langit) dan Gaia (sang Bumi). Penampakan mereka yang mengerikan dan kekuatan mereka yang tak tertandingi menjadikan mereka figur penting dalam cerita-cerita Yunani kuno.
Para Hecatoncheires dikenal karena peran mereka dalam Titanomachy, perang besar antara para Titan dan dewa Olimpus. Dalam pertempuran itu, mereka menggunakan kekuatan fisik luar biasa dan ratusan tangan mereka untuk melemparkan batu-batu besar, menciptakan kekacauan di medan perang dan memberikan kemenangan yang menentukan bagi para dewa Olimpus.
Namun, cerita mereka tidak hanya tentang pertempuran, melainkan juga tentang asal-usul, nama, dan keberadaan mereka yang menarik.
Hesiod, dalam karyanya Theogony, menyebutkan ketiga nama mereka—Kottos, Briareus, dan Gyges—sebagai anak Uranus dan Gaia. Beberapa sumber menggambarkan mereka sebagai anak tertua, sementara yang lain menyebut mereka sebagai yang termuda. Seperti para Cyclops, saudara mereka, Hecatoncheires digambarkan sebagai makhluk raksasa dengan kekuatan yang melampaui batas manusia.
Morris H. Lary dalam The Hecatoncheires: The Giants with Hundred Hands sebagaimana dimuat pada laman History Coperative mengungkap bahwa dari ketiganya, Briareus memiliki jejak yang lebih luas dalam mitologi. Homer dalam Iliad menyebutnya dengan nama lain, Aegaeon, yang dikenal oleh manusia, sementara para dewa memanggilnya Briareus.
Nama Aegaeon ini telah digunakan selama berabad-abad sebelum Homer menuliskannya, menunjukkan bahwa Briareus mungkin memiliki asal-usul yang lebih tua dibandingkan sekadar kisah mitologi Yunani. Sebaliknya, Kottos dan Gyges tidak banyak tercatat selain sebagai bagian dari kelompok Hecatoncheires, menjadikan mereka lebih misterius dibandingkan Briareus.
"Kisah mereka adalah cerminan dari kekuatan alam yang sulit dipahami. Para Hecatoncheires mewakili kekacauan dan kehancuran, sebuah simbol kekuatan purba yang tidak tunduk pada kehendak manusia," tulis Lary.
"Dalam perang dan mitologi, mereka menjadi pengingat bahwa beberapa kekuatan terlalu besar untuk dikuasai, bahkan oleh para dewa," lanjutnya.
Briareus juga memiliki jejak dalam budaya lain di luar mitologi Yunani. Plato menyebutnya dalam Laws, sementara penyair Nonnus mencatatnya hingga abad ke-5 Masehi.
Dante bahkan menggambarkan Briareus sebagai salah satu raksasa di Lingkaran Kesembilan Neraka dalam Divine Comedy-nya, dan Cervantes menyebut namanya dalam Don Quixote. Keberadaannya yang melintasi berbagai teks ini menguatkan statusnya sebagai sosok yang luar biasa dan penuh misteri.
Baca Juga: Satrap dalam Kekaisaran Persia: Penjaga Kerajaan dan Pilar Kekuasaan
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR