Setelah Orde Baru runtuh, yang ditandai dengan masa reformasi, bentuk dan fungsi kebaya mengalami perubahan. Dengan berembusnya angin kebebasan dan euforia demokrasi, model kebaya semakin beragam dan berangsur meninggalkan pakemnya, terutama di kalangan generasi muda.
Perubahan tersebut muncul bersamaan dengan munculnya para desainer yang mengusung tema kebaya modern. Selain itu, ada kecenderungan model kebaya menjadi lebih tertutup (sopan).
Hal itu terjadi seiring dengan dinamika bangkitnya paham ajaran Islam, misalnya kebaya model kutubaru yang bef-nya ditinggikan agar tidak menampakkan belahan dada.
Lebih jauh, gaya kebaya muslim berupa padanan kebaya dan kerudung yang menutup rapat seluruh rambut di kepala, leher dan dada, mulai bermunculan.
Kebaya sebagai Jati Diri Perempuan
Victoria Cattoni, seorang visual artist asal Melbourne, Australia, dalam wawancara oleh Nita pada 2018 silam, menyebut bahwa kebaya juga menjadi media representasi tersendiri bagi seorang perempuan.
Dalam pembacaan Cattoni terhadap kebaya yang dikenakan perempuan Bali, ia mendapatkan kesan feminin sekaligus seksi.
"Banyak hal yang menarik dalam kebaya yang dikenakan perempuan Bali, mulai dari perasaan mendalam, identitas keperempuanan, hingga kenangan," katanya.
Cattoni membuat proyek ‘Reading the Kebaya’ yang berfokus pada keindahan model kebaya itu sendiri dan tubuh yang memakainya. Model kebaya Bali, yang menjadi awal ketertarikan Cattoni, memang menampakkan bentuk tubuh perempuan pemakainya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Aprilia Dewi yang berjudul "Kebaya sebagai Media Presentasi Diri Perempuan Bali di Kelurahan Ubud, Gianyar", di mana ia meyebut bahwa kebaya di Bali pada masa kini mengalami pergeseran makna.
"Pergeseran ini timbul karena tidak hanya digunakan untuk kegiatan adat dan keagamaan tetapi juga telah berubah menjadi simbol identitas dan media presentasi diri ‘siapa dia’ sehingga dapat membedakannya dari orang lain," jelasnya.
"Kebaya dengan sendirinya menjadi media para perempuan untuk menunjukkan konsep dirinya sebagai orang Bali. Bahkan, perilaku perempuan Bali mengalami perubahan yakni membuat mereka melakukan berbagai cara agar selalu tampil cantik dan ideal."
Pada ranah nasional, kebaya bukan semata-mata milik budaya Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) karena terdapat juga di wilayah lain yakni Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, Lombok, Maluku, Minahasa, Sumatra Utara dan Sumatra Barat apabila dilihat kesamaan dasar rancangan busananya.
Identitas perempuan melalui kebaya dalam masyarakat urban masa kini mengartikulasikan identitas yang multikultural. Kebaya tidak lagi dianggap sebagai produk budaya tradisi Jawa, tetapi telah menjadi bagian dari fashion yang menarasikan kebaya sebagai bagian dari gaya hidup.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR