Setelah lari keluar hutan, Haryanto dan rekan-rekannya kemudian berkumpul di pinggir jalan raya. "Tiba-tiba kami keingat satu orang, satu orang ini belum muncul," ucapnya meneruskan cerita.
"Kami cari-cari, kami tanya ke teman lain itu tidak ada yang tahu. Terus akhirnya kelihatan tuh ada senter dari jarak yang sekitar 50-an meter itu, ternyata dia itu tiarap di rumput-rumput ilalang itu, sambil merangkak."
Gajah-gajah itu terlihat berdiri di samping rekan Haryanto yang sedang bersembunyi dengan bertiarap. "Ternyata senternya itu keinjek sama si simbah gajah [panggilan penghormatan untuk gajah] itu tadi. Akhirnya dia merangkak, merangkak, merangkak, akhirnya punya celah, langsung lari."
Faktanya, malam itu, kawanan gajah tersebut tetap berada di dalam hutan TNBBS. Mamalia-mamalia besar itu untungnya tak mengejar warga dan tidak kembali ke arah permukiman.
Melindungi Gajah, Menyelamatkan Hutan
Penghalauan dan penggiringan gajah, seperti yang sering dilakukan Haryanto dan rekan-rekannya ini, merupakan bagian dari tugas satgas konflik satwa KPHP agar gajah tidak merusak perkebunan dan permukiman warga. Tujuannya supaya tidak terjadi konflik antara manusia dan gajah. Jika terjadi konflik, bisa timbul korban dari kedua belah pihak.
Konflik manusia-gajah umumnya terjadi di sekitar kantong-kantong populasi gajah sumatra yang tersisa. Di Aceh misalnya, dalam rentang tahun 2012-2017, konflik manusia-gajah telah menewaskan 8 orang dan membunuh 45 gajah.
Di Jambi, konflik manusia-gajah bak acara rutin. “Hampir setiap hari terjadi,” kata Koordinator Polisi Kehutanan dan Penanganan Konflik Satwa Liar BKSDA Jambi, Jefrianto, kepada National Geographic Indonesia beberapa waktu lalu. Di Lampung, konflik manusia-gajah yang terjadi pada 3 Juli 2018, sebagai salah satu contoh, telah menewaskan 1 orang.
Konflik antara manusia dan gajah ini diperburuk oleh alih guna hutan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, jumlah gajah sumatra hanya tersisa 924-1.359 individu di 22 kantong populasi. Fauna itu kini masuk Daftar Merah IUCN dan berstatus kritis. Cuma satu tingkat di bawah status punah di alam liar.
Padahal, gajah memiliki kontribusi besar bagi kelestarian bumi. Dalam sebuah makalah studi bertajuk "Megaherbivores modify forest structure and increase carbon stocks through multiple pathways" yang terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Januari 2023, tim peneliti internasional mengungkapkan pentingnya peran gajah dalam menjaga lingkungan.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR