Selain satgas konflik satwa, dalam bagan organisasi KPHP juga terdapat beberapa subkelompok lainnya, yakni tiga subkelompok dari bidang restorasi dan pembibitan, satu subkelompok pemanfaatan air, subkelompok tani organik, subkelompok ekowisata, satgas masyarakat peduli api (MPA), dan lain-lain.
Dari banyaknya subkelompok tersebut, tampak aktivitas KPHP memang begitu luas. Dan peran KPHP dalam menjaga dan melestarikan hutan di kawasan TNBBS dan sekitarnya juga memang begitu besar.
Sejak dibentuk pada 2012—berkat dorongan Yayasan PILI dan Universitas Lampung—dan diresmikan pada 2013, KPHP telah merestorasi setidaknya 225 hektare hutan yang rusak akibat perambahan. Luas hutan yang dipulihkan dengan penanaman pohon kembali itu setara dengan luas 315 lapangan sepak bola. Kegiatan restorasi itu mereka lakukan baik melalui program restorasi bersama, yang dikerjakan lewat dukungan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, maupun secara swadaya atau mandiri.
Anggota KPHP juga bertambah seiring berjalannya waktu. Dari yang semula hanya 20 orang, kini sudah menjadi 60 orang. Mereka bahkan berhasil mengajak para perambah hutan agar insaf dan kini bertransformasi menjadi pelestari hutan.
"Awal-awal kegiatan restorasi, sih, kami pernah dibenci oleh temen-teman yang belum ikut gabung di KPHP," tutur Haryanto. "Bahkan kami dianggap sebagai anteknya, kaki-tangannya Polhut, tetapi lambat laun mereka akhirnya mulai sadar dan bahkan bergabung dengan kami dalam melestarikan hutan sampai kami bisa melakukan restorasi swadaya seluas 17 hektare."
Para perambah tersebut tertarik bergabung dengan KPHP "karena mereka sudah merasakan sendiri manfaat dari kegiatan restorasi awal," kata Haryanto. "Air lebih melimpah. Udara lebih segar, lebih sejuk, tidak sepanas seperti sebelumnya."
Selain itu, kini warga juga bisa lebih sering mendengar irama merdu dari hutan: kicauan burung. "Burung-burung kecil itu jadi lebih sering dan mudah kami jumpai," ucap Haryanto.
Sepak terjang KPHP dalam melestarikan hutan di Lampung telah membawa Haryanto ke Jakarta. Pada awal Desember ini, Haryanto mewakili KPHP menerima penghargaan KEHATI Award dari Yayasan KEHATI. Usaha yang dilakukan Haryanto dan rekan-rekannya dalam KPHP diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang lain untuk ikut melindungi satwa liar dan hutan demi kehidupan bumi yang lebih lestari.
Menyelamatkan Kehidupan: Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?
Yang dilakukan Haryanto dan rekan-rekannya dalam KPHP bukanlah sekadar menanam pohon meranti atau kuyung/damar di lahan hutan yang rusak. Yang mereka lakukan sejatinya adalah lebih dari itu: menyelamatkan kehidupan mereka dan banyak orang lainnya.
Hutan adalah pabrik oksigen sekaligus penyerap karbon dioksida—bahan bakar perubahan iklim. Oksigen yang diproduksi hutan dihirup tak hanya oleh satwa-satwa liar di hutan, tetapi oleh semua populasi global. Jadi yang dilakukan KPHP bukanlah sekadar menyelamatkan hutan TNBBS dan sekitarnya, melainkan menyelamatkan kehidupan global.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR