Memberikan “jeda” pada siklus dopamin yang diinduksi media sosial dapat memungkinkan otak untuk mengatur ulang jalur “penghargaan”. Hal ini memungkinkan seseorang untuk menghentikan jenis konsumsi berlebihan kompulsif yang mengarah pada “pembusukan otak”.
Tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua masalah dalam hal detoksifikasi media sosial, kata Paige Coyne. Coyne adalah rekan penulis studi tentang dampak kesehatan dari detoksifikasi media sosial dua minggu pada 31 orang dewasa muda.
Studinya bertajuk Taking a Break: The Effects of Partaking in a Two-Week Social Media Digital Detox on Problematic Smartphone and Social Media Use, and Other Health-Related Outcomes among Young Adults.
“Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berarti hal yang berbeda bagi orang yang berbeda,” katanya. Ia menambahkan bahwa kuncinya adalah membuat tujuan yang realistis untuk menurunkan konsumsi media sosial yang biasa.
“Beberapa orang mungkin ingin menyerah sepenuhnya. Sementara yang lain mungkin ingin mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial setengahnya,” ujar Cayne.
Untuk membantu memperbaiki jalur penghargaan otak, Lembke merekomendasikan untuk abstain selama Anda bisa. Waktu idealnya adalah setidaknya 4 minggu. Tetapi bahkan istirahat pendek telah terbukti efektif untuk meningkatkan kesehatan mental. Hal ini diungkap oleh studi terhadap 65 anak perempuan berusia 10 hingga 19 tahun.
Studi tersebut bertajuk "Intermission!" A short-Term Social Media Fast Reduces Self-Objectification Among Pre-teen and Teen Dancers.
Studi itu menemukan bahwa mengambil istirahat 3 hari dari media sosial meningkatkan harga diri dan belas kasih diri mereka. Pada akhirnya, ini mengakibatkan rasa malu yang lebih rendah terhadap tubuh.
Bagaimana mengatasi penarikan diri dari media sosial?
Apakah Anda memutuskan untuk berhenti menggunakan media sosial selama beberapa minggu atau membatasi penggunaan sehari-hari untuk beberapa waktu? “Anda mungkin akan menemukan beberapa hari pertama adalah yang paling sulit untuk dilalui,” ungkap Sarah Woodruff, yang ikut menulis studi detoksifikasi media sosial dengan Coyne.
Seseorang mungkin akan mengalami “gejala penarikan diri” seperti mengidam atau kecemasan. Hal ini terjadi karena otak menyesuaikan diri dengan tingkat dopamin yang lebih rendah.
Baca Juga: Benarkah Parade Planet pada 3 Juni Nanti Bakal Mengecewakan?
Kisah Manuela Escobar Berusaha Menghilang dari Bayang-Bayang Buruk Pablo Escobar
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR