Nationalgeographic.co.id—Manusia menghancurkan hutan di beberapa tempat seluruh dunia dalam suatu proses yang disebut deforestasi. Hutan ditebang untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga manusia dapat menggunakan kayunya untuk membuat kertas dan produk lainnya. Deforestasi adalah proses yang sangat merusak yang mengancam kesehatan planet kita dan penghuninya.
Hutan menutupi hampir sepertiga daratan planet ini, menurut World Wide Fund For Nature (WWF). Tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroba yang tak terhitung jumlahnya hidup di hutan. Jadi ketika hutan hancur, satwa liar tidak dapat bertahan hidup. Hal yang sama berlaku bagi banyak komunitas manusia yang tinggal di hutan, khususnya masyarakat adat.
Deforestasi merupakan masalah hampir di mana-mana, tetapi sangat merusak di daerah tropis. Hutan hujan di wilayah ini hanya menutupi 2 persen dari total luas permukaan Bumi. Meski “hanya” 2 persen, hutan hujan menjadi rumah bagi setengah dari spesies tumbuhan dan hewan dunia.
Penggerak utama deforestasi
Deforestasi adalah penebangan hutan. Sebagian besar deforestasi terjadi di daerah tropis. Di daerah tropis, peternakan sapi sejauh ini merupakan alasan terbesar penebangan hutan, menurut WWF. “Orang-orang menebang pohon di wilayah ini agar lahan dapat digunakan untuk beternak sapi,” tulis Patrick Pester di laman Livescience.
Penggerak deforestasi terbesar kedua adalah permintaan kedelai. Kedelai merupakan tanaman yang ditanam untuk memberi makan hewan ternak dan membuat biofuel, mengutip dari Our World In Data.
Hutan juga ditebang untuk memberi ruang bagi perkebunan kelapa sawit, khususnya di Indonesia. Minyak sawit adalah minyak sayur yang dapat dimakan yang ditemukan di setengah dari semua produk supermarket.
Setelah minyak sawit, penggerak deforestasi terbesar keempat adalah permintaan kertas dan produk lain yang terbuat dari kayu.
Kapan deforestasi dimulai?
Manusia telah menebang pohon selama ribuan tahun, bahkan sebelum kita mulai bertani sekitar 10.000 tahun yang lalu, menurut buku Biological and Environmental Hazards, Risks, and Disasters (Elsevier, 2023). Namun, deforestasi semakin parah dari waktu ke waktu. Sekitar setengah dari total penggundulan hutan yang disebabkan oleh manusia terjadi antara 8.000 SM dan 1900. Sementara setengah lainnya terjadi sejak 1900.
Menurut Our World In Data, hilangnya hutan global telah melambat sedikit sejak 1980-an, ketika laju penggundulan hutan mencapai puncaknya. Namun, penggundulan hutan masih sangat tinggi di seluruh dunia.
Baca Juga: Seruan Sunyi Hutan: Dampak Deforestasi terhadap Masyarakat Adat
Selain itu, ada juga faktor lain yang memengaruhi kesehatan hutan kita. Misalnya, hutan hujan Australia telah mati jauh lebih cepat sejak 1980-an, dengan pohon-pohon yang hidup sekitar setengahnya. “Kemungkinan karena perubahan iklim,” tambah Pester.
Apa dampak penggundulan hutan?
Penggundulan hutan merupakan ancaman besar bagi manusia, satwa liar, dan planet ini. Hutan mendukung sebagian besar satwa liar yang hidup di darat, serta komunitas manusia di seluruh dunia. Khususnya masyarakat adat dan masyarakat yang tinggal di hutan. Diperkirakan 780 juta orang tinggal dalam jarak 01 km dari hutan.
Hutan menyediakan tempat berlindung, makanan, air, obat-obatan, pekerjaan, dan bahan bakar bagi masyarakat adat. Karena itu, penggundulan hutan atau deforestasi merupakan ancaman besar bagi keberadaan mereka.
Deforestasi juga dapat memengaruhi cuaca secara langsung. Misalnya, penebangan pohon di wilayah tropis dapat mengurangi curah hujan. Pasalnya, hal ini mengubah cara uap air terbentuk di atas tajuk hutan. Hutan yang sehat membantu meminimalkan cuaca ekstrem dengan mengatur curah hujan dan menstabilkan iklim setempat. Fakta ini diungkap dalam laporan Keadaan Hutan Dunia 2024 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Para peneliti menemukan bahwa di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, penggundulan hutan menyebabkan gelombang panas yang lebih hebat.
Apakah deforestasi berkontribusi terhadap pemanasan global?
Deforestasi berkontribusi terhadap pemanasan global dalam berbagai cara yang berbeda. Pemanasan global, atau perubahan iklim, disebabkan oleh manusia yang melepaskan gas rumah kaca seperti karbon dioksida ke atmosfer. Hutan secara alami menarik miliaran ton karbon dioksida keluar dari atmosfer. Jadi, ketika kita menebangnya, kita kehilangan salah satu cara Bumi menangkap dan menyimpan gas rumah kaca tersebut. Menebang pohon juga melepaskan karbon dioksida yang telah disimpannya kembali ke atmosfer.
Deforestasi adalah cara utama manusia mengubah lanskap planet kita, dan menghasilkan hingga 20 persen emisi gas rumah kaca global. Kerusakan hutan juga dapat menyebabkan hutan menghasilkan lebih banyak karbon daripada yang diserapnya.
Deforestasi di Amazon
Hutan hujan Amazon di Amerika Selatan adalah hutan terbesar di dunia, tetapi terancam oleh deforestasi. Manusia telah menebang sekitar 1 juta km persegi hutan hujan Amazon sejak 1978. Jumlah tutupan pohon telah menurun setidaknya 17 persen selama 50 tahun terakhir.
Salah satu pendorong terbesar deforestasi di Amazon adalah pertanian industri. Membakar hutan adalah salah satu cara utama manusia menyingkirkan pohon. Membakar pohon juga membuat hutan lebih panas dan kering, yang membuatnya lebih mudah terbakar. Alhasil, kebakaran tambahan akan menimbulkan lebih banyak kerusakan.
Cara menghentikan deforestasi
Deforestasi merupakan masalah global yang memerlukan berbagai solusi berbeda. Contohnya, pemantauan yang lebih baik terhadap industri yang merusak hutan dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan.
Menurut laporan State of the World's Forests 2024, inovasi diperlukan untuk meningkatkan konservasi hutan. Laporan tersebut menunjukkan teknologi baru untuk mengumpulkan data tentang hutan. Juga mengembangkan solusi yang dipimpin secara lokal dengan kelompok yang kurang terwakili seperti perempuan, kaum muda, dan masyarakat adat.
Pada COP26 tahun 2021, lebih dari 100 pemimpin dunia berkomitmen untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030. Tingkat deforestasi saat ini terlalu tinggi untuk memenuhi janji tahun 2030, dengan setiap wilayah tidak mencapai target. Hal tersebut diungkap oleh Penilaian Deklarasi Hutan, yang melacak kemajuan para pemimpin dunia terhadap target COP26.
Manusia dapat memulihkan hutan yang telah mereka rusak untuk membantu melawan deforestasi. Tujuan restorasi hutan adalah mengembalikan hutan ke keadaan semula sebelum ditebang. Memulihkan hutan yang rusak semudah membiarkannya tumbuh kembali. Namun, manusia biasanya perlu membantu dengan cara tertentu. Misalnya, kita bisa menanam pohon baru dari jenis yang sama yang telah hilang.
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR