Kesimpulannya, frekuensi yang digunakan oleh ponsel berbeda dengan frekuensi yang digunakan oleh sistem kritis pesawat, sehingga tidak menimbulkan risiko interferensi.
Pada tahun 2005, dalam sebuah kesaksian di Kongres Amerika Serikat, seorang perwakilan dari Federal Aviation Administration (FAA) mengutarakan potensi teknologi pico-cells dalam mengatasi kekhawatiran mengenai gangguan terhadap peralatan komunikasi pesawat.
Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang perlunya larangan penggunaan ponsel secara menyeluruh selama penerbangan.
Meskipun belum ada satu pun kecelakaan pesawat yang dapat dipastikan disebabkan oleh penggunaan ponsel, dan tidak ada penelitian ilmiah yang telah ditinjau oleh para ahli (peer-review) yang secara tegas membuktikan hubungan antara sinyal ponsel dan gangguan pada sistem pesawat, bukti-bukti menunjukkan bahwa panggilan telepon selama penerbangan dapat menimbulkan masalah pada jaringan seluler di darat.
Ketika pesawat berada pada ketinggian jelajah, ponsel dapat terhubung dengan beberapa menara sel sekaligus. Kondisi ini dapat menyebabkan kemacetan jaringan dan berpotensi mengganggu layanan pelanggan di darat.
Menyadari adanya potensi masalah ini, Uni Eropa (UE) telah mengembangkan sistem baru yang akan menggunakan frekuensi khusus untuk teknologi 5G dalam penerbangan. Dengan demikian, frekuensi ini tidak akan tumpang tindih dengan jaringan seluler 5G yang beroperasi di darat.
Apa pun aturannya, patuhilah!
Alasan Amerika Serikat belum mengikuti langkah negara lain dalam melegalkan penggunaan ponsel selama penerbangan masih menjadi misteri.
Beberapa ahli berpendapat bahwa otoritas penerbangan khawatir panggilan telepon yang mengganggu dapat memicu insiden "air rage", di mana penumpang melampiaskan kemarahan di dalam pesawat.
Kekhawatiran lain adalah bahwa penumpang akan terlalu sibuk dengan ponsel mereka sehingga mengabaikan instruksi keselamatan dari kru kabin.
Kemungkinan lain yang tidak kalah penting adalah birokrasi yang kompleks di lembaga seperti Federal Communications Commission (FCC) dan Federal Aviation Administration (FAA). Perubahan peraturan yang signifikan membutuhkan waktu yang lama untuk diproses dalam organisasi sebesar itu.
Richard Levy, seorang konsultan penerbangan dan mantan pilot, memberikan pandangannya dalam wawancara dengan majalah Popular Science.
Menurutnya, "Amerika Serikat sangat berhati-hati dalam hal ini. Saya menduga mereka menunggu data yang kuat untuk membuktikan bahwa penggunaan ponsel di pesawat tidak menimbulkan risiko."
Terlepas dari pendapat pribadi kita tentang masalah ini, penting untuk selalu mematuhi peraturan yang berlaku di setiap negara dan maskapai penerbangan. Contohnya, pada tahun 1999, seorang pria Inggris dijatuhi hukuman penjara 12 bulan karena terus-menerus menolak mematikan ponselnya selama penerbangan dari Madrid ke Manchester.
KOMENTAR