Hidrogen yang dihasilkan sebagai produk sampingan pun tidak sia-sia. Gas bersih ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk mengoperasikan pabrik penangkapan karbon Equatic sendiri atau dijual kepada pihak ketiga. Bahkan, perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing dan Stripe telah mengamankan pasokan hidrogen dari Equatic.
Untuk memvalidasi teknologi ini, Equatic telah membangun dua pabrik percontohan berskala kecil di Los Angeles dan Singapura. Saat ini, perusahaan sedang dalam tahap pembangunan pabrik yang lebih besar di Singapura dengan kapasitas penyerapan CO2 sekitar 4.000 metrik ton per tahun.
Langkah ini merupakan tonggak penting sebelum Equatic meluncurkan pabrik skala komersial pertamanya pada tahun 2026 atau 2027, bekerja sama dengan pengembang proyek pengurangan karbon Kanada, Deep Sky.
Biaya penangkapan karbon memang masih menjadi tantangan utama. Para peneliti memperkirakan biaya untuk menghilangkan satu ton CO2 dari atmosfer dapat mencapai antara AS$230 hingga AS$540 pada tahun 2050. Namun, Equatic memiliki strategi yang menarik untuk mengatasi hal ini.
Dengan memproduksi dan menjual hidrogen hijau, perusahaan berharap dapat menyeimbangkan biaya operasional. Equatic bahkan optimis bahwa pada tahun 2030, pabrik barunya dapat mencapai target penangkapan karbon dengan biaya kurang dari AS$100 per ton.
Visi jangka panjang Equatic sangat ambisius. Perusahaan membayangkan adanya jaringan global pabrik penangkapan karbon yang beroperasi dengan teknologi elektrolisis air laut.
"Ketika kita mencapai titik itu, kita tidak berbicara tentang seratus ribu ton, atau jutaan ton, tetapi ratusan juta ton, karena teknologi ini dapat direplikasi di banyak negara," ungkapnya.
Munculnya kekhawatiran
Teknologi CDR berbasis laut, meski menjanjikan dalam memerangi perubahan iklim, masih berada pada tahap awal pengembangan. Ketiadaan fasilitas berskala komersial membuat dampak lingkungan dan ekonomi jangka panjangnya masih belum sepenuhnya dipahami. Manipulasi air laut dalam proses CDR berpotensi mengganggu ekosistem laut.
"Anda akan menarik fitoplankton, serangga, dan makhluk hidup potensial lainnya dari laut, dan menyaringnya dapat memiliki beberapa dampak lingkungan," ujar Jessica Cross, seorang ilmuwan bumi yang mengkhususkan diri dalam CDR samudera di Pacific Northwest National Laboratory.
Dampak spesifiknya akan sangat bergantung pada lokasi operasi dan jenis organisme yang terlibat.
Baca Juga: Bagaimana Asuransi Bisa Bantu Terbukanya Dana Triliunan Rupiah di Pasar Karbon?
KOMENTAR