Nationalgeographic.co.id—Lautan, sebagai paru-paru Bumi, memainkan peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim. Kemampuannya menyerap sekitar 25% karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan aktivitas manusia menjadikannya penyerap karbon alami terbesar di planet kita.
Mengingat urgensi krisis iklim, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kapasitas penyerapan CO2 oleh lautan, salah satunya melalui teknologi carbon dioxide removal (CDR) berbasis laut.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah Equatic. Dengan pendekatan yang berorientasi pada alam, Equatic berupaya memperkuat proses alami penyerapan CO2 oleh lautan.
"Kami memanfaatkan apa yang sudah dilakukan oleh lautan dan memperkuatnya," ujar Edward Sanders, COO Equatic, seperti dilansir laman The Brighter Side.
Langkah signifikan telah diambil oleh Equatic dengan memulai desain rekayasa untuk pabrik CDR berbasis laut berskala komersial pertama di dunia. Pabrik ini diproyeksikan mampu menghilangkan CO2 dengan kecepatan yang luar biasa, yakni 99.000 kali lebih cepat dibandingkan proses alami yang terjadi di lautan.
Equatic bukanlah satu-satunya pemain di bidang ini. Semakin banyak perusahaan yang melihat potensi besar dalam teknologi CDR berbasis laut untuk mengatasi perubahan iklim.
Sebuah laporan dari National Academies of Science, Engineering, and Medicine bahkan memperkirakan bahwa teknologi ini berpotensi menghilangkan miliaran ton CO2 dari atmosfer setiap tahunnya.
Teknologi di balik penangkapan karbon Equatic
Equatic memanfaatkan proses elektrolisis air laut, di mana aliran listrik memecah air asin menjadi komponen dasar: hidrogen, oksigen, serta dua cairan terpisah yaitu asam dan basa.
"Proses ini menyimpan karbon yang terlarut dalam air dalam bentuk padat, mirip dengan material pembentuk kerang laut, dan menciptakan larutan alkali yang menyerap karbon dioksida dari atmosfer melalui menara pendingin," jelas Sanders.
Baca Juga: Penelitian: Bahan Bangunan Sanggup Serap Karbon Hingga 16 Miliar Ton per Tahun
Hidrogen yang dihasilkan sebagai produk sampingan pun tidak sia-sia. Gas bersih ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk mengoperasikan pabrik penangkapan karbon Equatic sendiri atau dijual kepada pihak ketiga. Bahkan, perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing dan Stripe telah mengamankan pasokan hidrogen dari Equatic.
Untuk memvalidasi teknologi ini, Equatic telah membangun dua pabrik percontohan berskala kecil di Los Angeles dan Singapura. Saat ini, perusahaan sedang dalam tahap pembangunan pabrik yang lebih besar di Singapura dengan kapasitas penyerapan CO2 sekitar 4.000 metrik ton per tahun.
Langkah ini merupakan tonggak penting sebelum Equatic meluncurkan pabrik skala komersial pertamanya pada tahun 2026 atau 2027, bekerja sama dengan pengembang proyek pengurangan karbon Kanada, Deep Sky.
Biaya penangkapan karbon memang masih menjadi tantangan utama. Para peneliti memperkirakan biaya untuk menghilangkan satu ton CO2 dari atmosfer dapat mencapai antara AS$230 hingga AS$540 pada tahun 2050. Namun, Equatic memiliki strategi yang menarik untuk mengatasi hal ini.
Dengan memproduksi dan menjual hidrogen hijau, perusahaan berharap dapat menyeimbangkan biaya operasional. Equatic bahkan optimis bahwa pada tahun 2030, pabrik barunya dapat mencapai target penangkapan karbon dengan biaya kurang dari AS$100 per ton.
Visi jangka panjang Equatic sangat ambisius. Perusahaan membayangkan adanya jaringan global pabrik penangkapan karbon yang beroperasi dengan teknologi elektrolisis air laut.
"Ketika kita mencapai titik itu, kita tidak berbicara tentang seratus ribu ton, atau jutaan ton, tetapi ratusan juta ton, karena teknologi ini dapat direplikasi di banyak negara," ungkapnya.
Munculnya kekhawatiran
Teknologi CDR berbasis laut, meski menjanjikan dalam memerangi perubahan iklim, masih berada pada tahap awal pengembangan. Ketiadaan fasilitas berskala komersial membuat dampak lingkungan dan ekonomi jangka panjangnya masih belum sepenuhnya dipahami. Manipulasi air laut dalam proses CDR berpotensi mengganggu ekosistem laut.
"Anda akan menarik fitoplankton, serangga, dan makhluk hidup potensial lainnya dari laut, dan menyaringnya dapat memiliki beberapa dampak lingkungan," ujar Jessica Cross, seorang ilmuwan bumi yang mengkhususkan diri dalam CDR samudera di Pacific Northwest National Laboratory.
Dampak spesifiknya akan sangat bergantung pada lokasi operasi dan jenis organisme yang terlibat.
Baca Juga: Bagaimana Asuransi Bisa Bantu Terbukanya Dana Triliunan Rupiah di Pasar Karbon?
Meskipun demikian, Sanders meyakinkan bahwa Equatic berusaha meminimalkan dampak negatif dengan menerapkan langkah-langkah pengendalian ketat. Mereka memantau dengan cermat limbah yang dihasilkan dan memastikan bahwa proses produksi mereka memenuhi standar lingkungan yang berlaku.
Pabrik CDR yang akan dibangun di Singapura, misalnya, akan dilengkapi dengan sistem penyaringan yang canggih untuk menghilangkan kehidupan laut sebelum air laut masuk ke dalam pabrik.
Kendati demikian, teknologi CDR masih menghadapi sejumlah tantangan. Biaya yang tinggi dan skala yang terbatas menjadi kendala utama dalam pengembangannya.
Hal ini berarti bahwa teknologi ini tidak dapat menjadi solusi tunggal untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara langsung tetap menjadi prioritas utama.
Cross menekankan bahwa manfaat jangka panjang dari teknologi CDR masih belum pasti, sementara risiko lingkungan yang terkait dengan pengembangan dan operasional fasilitas CDR bersifat lebih konkret dan dapat terjadi dalam jangka pendek.
"Menemukan cara untuk menyeimbangkan manfaat global yang tersebar luas ini dengan risiko lokal merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh para peneliti yang bertanggung jawab," tambahnya.
Pengembangan teknologi CDR merupakan langkah yang menjanjikan, namun perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan segala aspek, baik potensi manfaat maupun risikonya.
Upaya Equatic dan perusahaan lainnya dalam bidang ini patut diapresiasi, namun perlu diingat bahwa solusi untuk mengatasi perubahan iklim membutuhkan pendekatan yang komprehensif, termasuk pengurangan emisi dan perlindungan lingkungan laut.
KOMENTAR