Analisis awal menunjukkan bahwa mereka kemungkinan besar meninggal akibat dehidrasi parah atau penyakit menular yang mewabah di pulau tersebut. Kuburan ini kemungkinan dibuat sebelum hadirnya para pemberontak yang mengambil alih kendali.
Kuburan-kuburan lain yang ditemukan di lokasi yang berbeda menunjukkan bukti kuat adanya kekerasan massal. Korban-korban pembunuhan ini dikuburkan secara tergesa-gesa di kuburan dangkal, namun dengan tata letak yang relatif teratur.
Beberapa individu bahkan dimakamkan bersama barang-barang pribadi mereka, seperti sendok timah, sisir, dan manik-manik amber, yang mengindikasikan bahwa mereka mungkin berasal dari kalangan yang lebih tinggi di dalam hierarki kapal.
Ketiadaan tanda-tanda trauma fisik yang jelas pada kerangka-kerangka ini menunjukkan bahwa para korban kemungkinan besar dibunuh secara diam-diam atau tidak melawan.
Paterson mengatakan analisis isotop dan tes lainnya kini akan dilakukan pada sisa-sisa tubuh untuk mengetahui lebih lanjut tentang orang-orang yang dimakamkan di sana.
Sebelum dibunuh, banyak korban pembantaian ini diasingkan ke Pulau Long, yang terletak tidak jauh dari Pulau Beacon. Para pemberontak yang telah mengambil alih kendali kapal melakukan pembunuhan massal secara sistematis, seringkali dengan jumlah korban yang mencapai belasan orang dalam sekali waktu.
Untuk menghilangkan jejak kejahatan mereka, para pelaku membuang jasad korban ke laut. Seperti yang diungkapkan oleh Paterson, "Ada upaya untuk mencoba menyembunyikannya."
Perlawanan mematikan
Para arkeolog juga telah menciptakan model 3D fotogrammetri dari sebuah bangunan batu di Pulau West Wallabi – sisa-sisa perlawanan yang tak terduga terhadap para pemberontak.
Sekelompok sekitar 20 tentara Belanda, yang telah dilucuti senjatanya oleh Cornelisz, dibuang ke Pulau West Wallabi, pulau terbesar di gugusan Kepulauan Houtman Abrolhos, sebagai hukuman.
Terdampar di pulau terpencil ini, para tentara tersebut awalnya putus asa. Namun, keberuntungan masih berpihak pada mereka. Mereka berhasil menemukan sumber air tawar dan makanan, berupa walabi tammar—marsupial endemik Australia yang baru pertama kali ditemui oleh orang Eropa.
Tak lama kemudian, para tentara ini bertemu dengan sekelompok penyintas lain yang berhasil melarikan diri dari Pulau Beacon, sebuah pulau terdekat. Bersama-sama, mereka memutuskan untuk melawan para pemberontak yang mengejar mereka. Dalam dua serangan terpisah, penduduk Pulau West Wallabi berhasil mengusir pasukan Cornelisz.
KOMENTAR