Nationalgeographic.co.id—Lebih dari 7.000 bahasa yang masih digunakan di seluruh dunia pada tahun 2025 ini. Namun, hanya sekitar setengahnya yang terdokumentasi dengan baik, sehingga sisanya terancam punah.
Globalisasi telah mendorong bahasa-bahasa seperti Inggris dan Mandarin menjadi bahasa utama, dan kini mendominasi komunikasi global.
Orang tua saat ini lebih suka anak-anak mereka mempelajari bahasa yang digunakan secara luas. Sementara itu, sejumlah bahasa asli, seperti Copainalá Zoque di Meksiko dan Ndebele Utara di Zimbabwe, bahkan tidak diajarkan secara konsisten di sekolah.
Masyarakat adat pada umumnya tidak menggunakan tulisan selama berabad-abad dan, oleh karena itu, bahasa mereka tidak memiliki catatan tertulis kuno. Hal ini menyebabkan bahasa-bahasa tersebut menghilang secara bertahap.
Untuk mencegah hilangnya bahasa-bahasa yang terancam punah, para ahli bahasa lapangan—atau pendokumentasi bahasa—bekerja untuk memastikan bahwa generasi baru memiliki akses ke warisan budaya mereka. Upaya mereka mengungkap kosakata dan struktur bahasa-bahasa ini serta cerita dan tradisi yang terkandung di dalamnya.
Francesco Perono Cacciafoco, Associate Professor bidang Linguistik di Xi'an Jiaotong-Liverpool University, bersama timnya, telah menghabiskan lebih dari 13 tahun mendokumentasikan bahasa-bahasa Papua yang terancam punah di Indonesia Tenggara dan Timur, khususnya di Kepulauan Alor-Pantar, dekat Timor, dan Kepulauan Maluku.
"Salah satu penemuan penting dan terkini kami adalah Kape, bahasa yang sebelumnya tidak terdokumentasi dan terabaikan yang dituturkan komunitas kecil pesisir di Alor Tengah-Utara," tulis Cacciafoco dalam sebuah artikel di The Conversation.
Penemuan ini tidak hanya penting untuk memetakan konteks linguistik pulau tersebut, tetapi juga menyoroti urgensi melestarikan bahasa-bahasa yang terancam punah dengan menggunakan metode dokumentasi bahasa.
Menemukan Bahasa Kape
Pada bulan Agustus 2024, saat bekerja dengan konsultan suku Abui, Shiyue Wu, Asisten Riset Cacciafoco di Xi'an Jiaotong-Liverpool University, menemukan bahasa Papua yang sebelumnya diabaikan dan mungkin tidak terdokumentasi dari Alor, yakni bahasa Kape.
Saat itu, ia sedang mengumpulkan informasi tentang nama dan lokasi altar ritual yang dikenal sebagai "maasang" di daerah Abui, dengan bantuan dari konsultan utama dan beberapa penutur asli. Di Alor Tengah, setiap desa memiliki "maasang".
Baca Juga: Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR