"Negara ini dapat menunjukkan kepada kita bagaimana pengelolaan dan penggunaan sumber daya yang lebih baik dapat membantu membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan adil.”
Potensi besar pangan laut
Sektor produksi pertanian, yang saat ini memanfaatkan 40% lahan global, merupakan sumber tekanan signifikan terhadap sumber daya alam dunia.
Praktik-praktik pertanian berkontribusi terhadap deforestasi, penurunan keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air, serta menghasilkan hingga 30% emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.
Namun, Blue Food Assessment mengungkapkan bahwa berbagai spesies pangan laut dapat diproduksi dengan jejak karbon yang lebih kecil dibandingkan produk hewani darat, dan seringkali memiliki keunggulan nutrisi yang lebih besar.
Untuk mendukung implementasi strategi pangan laut berkelanjutan di Indonesia, para peneliti telah menyusun basis data yang menyoroti potensi nutrisi dari sumber pangan laut yang dihasilkan di setiap kabupaten di Indonesia.
Analisis ini dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan transformatif yang mengutamakan pangan laut, yang seringkali menjadi sumber nutrisi paling terjangkau dan mudah diakses, sangat penting bagi perkembangan kesehatan masyarakat.
Tim peneliti berharap bahwa temuan dari penilaian ini dapat diintegrasikan ke dalam program makan gratis nasional untuk mengatasi masalah stunting pada anak, yang saat ini memengaruhi 1 dari 5 anak di seluruh Indonesia, dan bahkan mencapai 1 dari 3 anak di beberapa daerah.
Selain itu, analisis regional ini juga dapat mengidentifikasi peluang mata pencaharian di setiap wilayah, serta trade-off dan peluang dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan perikanan, jenis akuakultur yang akan dikembangkan, dan proporsi produk yang akan diekspor dibandingkan dengan memenuhi kebutuhan domestik.
Tim peneliti menggunakan data produksi, konsumsi, perdagangan, dan ekologi Indonesia untuk mengkuantifikasi area di mana pola-pola tersebut mungkin perlu dimodifikasi untuk meningkatkan ketersediaan pangan laut bagi kebutuhan domestik, atau di mana pengelolaan pesisir perlu diperkuat untuk lebih mendukung konsumsi lokal.
Secara paralel, para peneliti juga menganalisis kebijakan lokal dan nasional untuk memahami bagaimana kebijakan tersebut dapat mendukung atau justru merusak ekuitas dan keberlanjutan pangan laut.
Baca Juga: Te Moana-nui-a-Kiwa, Kawasan 'Blue Carbon' Terbesar Dunia yang Dijaga Suku Maori
Menuju Era Baru Pengelolan Kawasan Konservasi Pesisir Pulau-Pulau Kecil di Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya
KOMENTAR