1. Lilie Wijayanti Poegiono
- Jenis kelamin : Perempuan
- TTL : Malang, 02 Okt 1965
- Alamat domisili : Bandung, Jawa Barat
- Agama : Kristen
- Status : Meninggal
2. Elsa Laksono
- Jenis kelamin : Perempuan
- TTL : Malang, 24 Juli 1965
- Alamat domisili : Jakarta Selatan, DKI Jakarta
- Agama : Kristen
- Status : Meninggal
3. Tiga korban gejala hipoksia dan AMS:
- Indira Alaika (gejala AMS)
- Saroni (gejala AMS)
- Alvin Reggy Perdana (hipoksia)
Dua Sahabat Pendaki Paruh Baya
Andreas Harsono, jurnalis senior Indonesia yang mengenal dekat Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, mengatakan bahwa kedua perempuan tersebut merupakan teman SMA-nya di Malang. "Saya tiga tahun sekelas dengan Lilie di SMA," ujar Andreas saat dihubungi. "Kalau sama Elsa saya hanya setahun sekelas dengannya saat SMA."
"Lilie ini dulunya adalah insinyur elektro, terus dia kerja di PT Telkom, perusahaan milik negara di Bandung," tutur Andreas lagi.
Saat krisis moneter tahun 1997/1998, Lilie kemudian mengambil paket pesangon dari program pemutusan hubungan kerja yang ditawarkan perusahaan tersebut.
"Dia dari dulu suka menjahit," kata Andreas. Oleh karena itu, setelah berhenti bekerja di perusahaan BUMN tersebut, Lilie kemudian menjadi perancang busana.
Adapun Elsa, menurut Andreas, adalah seorang dokter gigi. "Selepas SMA dia kuliah kedokteran gigi di Trisakti," kata Andreas.
Setelah lulus dari kedokteran gigi di Universitas Trisakti, Elsa kemudian masuk TNI. "Terus jadi dokter gigi, lalu dia dinas militer, dia masuk TNI Angkatan Laut," ucap Andreas.
Beberapa tahun kemudian, Elsa keluar dari TNI dan kemudian menjadi dokter gigi swasta. "Dia adalah tentara dan dokter gigi yang jujur," ujar Andreas lagi.
Sejak SMA, kedua perempuan itu memang suka aktivitas fisik. Sewaktu SMA, menurut Andreas, Lilie suka main basket, sedangkan Elsa suka main voli.
Menginjak usia paruh baya, kondisi fisik Lilie membuat Andreas membuatnya takjub. "Kondisi fisik dan mentalnya 'gila'," puji Andreas dengan makna positif.
Lilie pernah bilang ke Andreas, "Nek ora sepeda seratus kilo seminggu, awakku loro kabeh. Kalau tidak bersepeda seratus kilometer seminggu, badanku sakit semua."
Andreas juga masih ingat betul perkataan Lilie bahwa "intinya dia bilang dia pengen mendaki tujuh puncak tertinggi di Indonesia." Sebelumnya, Lilie telah berhasil mencapai puncak keenam yakni Binaiya di Maluku. Oleh karena itu, dia kemudian ke Puncak Carstensz di Papua.
"Kalau Elsa, hobinya satu lagi adalah menyelam. Ya itulah kesenangan mereka (naik gunung) nggak ada yang lain," imbuhnya lagi. "Mereka adalah orang-orang yang profesional sebagai dokter gigi maupun sebagai perancang busana."
Lilie dan Elsa sama-sama tergabung dalam komunitas atau kelompok kecil bernama "Mamak Pendaki". Kelompok tersebut berisi "ibu-ibu yang berumur di atas paruh baya lebih, di atas 50 tahun, dan suka naik gunung," jelas Andreas. "Nah mereka ingin memecahkan rekor menjadi pendaki paling tua yang mencapai Puncak Carstensz."
Kini kedua pendaki paruh baya yang saling bersahabat setidaknya sejak SMA itu telah mencapai keinginan mereka. Mereka menjadi dua pendaki perempuan berusia 59 tahun yang mampu mencapai Puncak Carstensz di Papua.
"Meninggalnya indah ya. Meninggal dengan bestie. Dan gagah lho, meninggal saat naik gunung. Orang yang meninggal saat melakukan apa yang mereka suka itu kan berarti they lived a full life. Hidupnya penuh," ujar Andreas.
"Anak-anak mereka sudah beres, sudah mentas semua. Pekerjaan mereka juga lancar. Mereka kelas menengah yang hidup nyaman, tetapi tahu cara memakai uangnya buat hal-hal yang membuat kehidupan mereka lebih bermakna: naik gunung."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR