Nationalgeographic.co.id—Dua orang pendaki wanita asal Indonesia meninggal dunia setelah mencapai Puncak Carstensz di Papua. PT Tropis Cartenz Jaya (Tropik Adventure), selaku operator tur perjalanan tersebut, menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya kedua pendaki wanita tersebut, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz Pyramid menuju Base Camp Lembah Kuning.
"Kedua wanita hebat ini, yang merupakan klien dari agen operator Indonesian Expeditions, telah berhasil mencapai puncak setinggi 4.884 mdpl pada 28 Februari 2025," tulis Tropik Adventure pada akun Instagramnya. "Semoga keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kepergian ini."
Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Rahman Mukhlis, membenarkan Lilie dan Elsa meninggal dalam perjalanan pendakian ini. Ia juga mengungkapkan bahwa operatur tur perjalanan tersebut adalah Tropik Adventure.
"Kami keluarga besar APGI turut berduka cita atas musibah pendakian gunung di Carstensz Pyramid pada 28 Februari - 1 Maret 2025." kata Rahman dalam keterangan tertulisnya.
"Dua sosok pendaki wanita, Ibu Lilek Wijayati dari Bandung dan Ibu Elsa Laksono dari Jakarta telah berpulang dalam perjalanan mendaki puncak tertinggi Indonesia. Turut mendoakan semoga keduanya mendapatkan tempat Yang Terbaik di Sisi-NYA dan keluarganya diberikan ketabahan. Untuk rekan-rekan Pemandu Gunung & Tour Operator yang terkait, semoga diberikan kekuatan dalam menghadapi musibah ini," imbuhnya lagi.
Kronologi Kejadian
Berdasarkan informasi yang Rahman dapatkan, ada 2 WNI pendaki yang meninggal dunia, yakni atas nama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono.
Keduanya meninggal di di Teras 2, di area bawah Puncak Carstensz Tembagapura, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, pada saat perjalanan turun dari Puncak Carstensz yang diakibatkan hipotermia, hipoksia, dan mengalami gejala AMS.
Kedua korban dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 1 Maret 2025 sekitar pukul 02.07 WIT setelah dievakuasi oleh rekan dan guide pedamping di Teras Dua.
Saat ini proses evakuasi masih berlangsung dari Basecamp Lembah Kuning ke kota Timika. Satu jenazah sudah berada di Timika pada tanggal 2 Maret 2025 dan satu jenazah lainnya akan dilanjutkan evakuasinya pada tanggal 3 Maret 2025 pagi dengan menggunakan helikopter, dan selanjutnya akan dievakuasi ke Jakarta dan Bandung.
"Secara internal APGI juga akan melakukan evaluasi terkait adanya musibah ini untuk menjadi pelajaran bersama bagi kita semua, untuk dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam kegiatan kepemanduan wisata gunung di Indonesia," kata Rahman.
Baca Juga: Bukan Everest, Inilah Gunung Paling Mematikan di Dunia bagi Para Pendaki
Selain dua pendaki yang jadi korban meninggal, ada juga tiga korban pendaki lainnya yang mengalami hipoksia dan gejala acute mountain sickness (AMS). Info kronologi yang Rahman dapatkan dari lapangan adalah sebagai berikut:
Rabu, 26 Februari 2025
- Pukul 07.16 Waktu Indonesia Timur (WIT), para pendaki berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Base Puncak Cartenz dengan menggunakan Helikopter Milik Komala Indonesia Jenis jenis AS 350 B3 (PK - KIE). Nama-nama pendaki yang berangkat adalah Lilie Wijayantie (WNI); Elsa Laksono (WNI); Saroni (WNI) dan Lody Hidayanto (WNI)
- Pukul 07.34 WIT, para pendaki lainnya berangkat dari Bandara Moses Kilangin Timika menuju Base Puncak Cartenz dengan menggunakan Helikopter Milik Komala Indonesia Jenis jenis AS 350 B3 (PK - KIA). Nama-nama pendaki yang berangkat adalah Fiersa Besari (WNI), Furki Rahmi Syahroni (WNI), dan Indira Alaika (WNI),
- Setelah sampai di Base Camp Yellow Valley, para pendaki melaksanakan kegiatan aklimatisasi.
Kamis, 27 Februari 2025
- Para pendaki melaksanakan kegiatan aklimatisasi dan melatih ulang pendakian menggunakan peralatan khusus dan tali (teknik ascending dan descending) di titik awal jalur pendakian puncak Cartenz.
Jumat, 28 Februari 2025
- Tim Pendaki yang berjumlah 20 orang berangkat dari Base Camp Yellow Valley (5 orang Guide, 7 WNI pendaki, 6 WNA pendaki, dan 2 pendaki Taman Nasional Lorentz) melaksanakan pendakian ke Puncak Cartenz antara pukul 03.00-04.00 WIT.
- Pukul 10.51 WIT, para pendaki melakukan penyeberangan di jembatan Tyrollean.
- Pukul 14.00 WIT, para pendaki terakhir mencapai Puncak Cartenz (karena HT low sehingga tidak ada komunikasi).
- Pukul 19.30 WIT, Ruslan dan Abdullah yang sudah turun lebih awal menyampaikan bahwa semua pendaki sudah Summit (mencapai pundak) tetapi ada 2 orang pendaki an Indira dan Saroni terkena gejala AMS di area bawah puncak saat perjalanan turun.
- Pukul 20.29 WIT, Tim Basecamp (BC) melakukan briefing untuk mengupayakan pertolongan terhadap korban dan sekitar pukul 20.45 WIT Nurhuda (guide) tiba di Basecamp sendirian dengan gejala hipotermia selanjutnya meminta bantuan kepada Tim BC. Nurhuda istirahat sebentar untuk kembali naik membantu pendaki yang ada di atas.
- Pukul 21.48 WIT, Yustinus Sondegau (guide) berusah naik untuk mencapai summit ridge ke TKP korban atas nama Indira, Sahroni, dan Alvin Reggy dengan membawa bantuan emergensi (sleeping bag, fly sheet, air panas dan radio). Namun ia terhenti di Teras Besar 3 untuk turun dan mendampingi Lody sampai ke Basecamp. Seluruh peralatan yang dibawa, ditinggal di bawah summit ridge.
- Pukul 22.33 WIT, 1 orang guide Nepal atas nama Dawa Gyalje Sherpa naik untuk memberikan pertolongan tetapi terhenti di Teras 2 untuk memberikan pertolongan terhadap kedua korban atas nama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono.
- Pukul 22.48 WIT, pendaki atas nama Fiersa dan Furky tiba di Basecamp.
Sabtu, 1 Maret 2025
- Pukul 00.07 WIT, Poxy (guide) dan Damar (guide) kembali naik ke Teras 2 untuk memberikan bantuan kepada korban, menghubungi Basecamp dan melaporkan sudah memberikan pertolongan kepada kedua korban namun korban atas nama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono.
- Pukul 02.07 WIT, Octries (guide) yang berkomunikasi dengan Poxy dan Dawa, menginformasikan dari basecamp bahwa 2 WNI pendaki atas Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono yang berada di Teras 2 telah meninggal dunia.
- Pukul 03.26 WIT, Huda (guide) naik untuk mencoba membantu/menolong Egi dan teman-teman di Summit Ridge.
- Pukul 03.43 WIT, Damar, Poxy, Yustinus, Ludy Hadiyanto tiba di Bacecamp
- Pukul 04.51 WIT, Huda mengabarkan bahwa mereka sudah di tiba di Bacecamp dan tidak sanggup lagi meneruskan ke posisi Egi dan Indira dan Saroni. Barang untuk melaksanakan emergensi sudah disimpan di bawah Summit Ridge.
- Pukul 08.38 WIT, dibagi 2 tim penyelamat. Tim 2 terdiri atas 4 guide international atas nama Garret Madison, Tashi Sherpa, Ben Jones, dan Cihan mendaki untuk memastikan kondisi dan menyelamatkan Indira, Saroni dan Alvin Reggy di summit ridge. Dan tim 2, yakni Dokter Adnan dan Meidi, bergerak menuju korban di Teras 2.
- 09.40 WIT, Cihan turun karena terkena freezing toe.
- 10.24 WIT, Tashi bertemu 3 pendaki dan menginformasikan ke basecamp bahwa semuanya masih hidup dalam kondisi kritis. Mereka melakukan normalisasi dengan memberikan makan, air hangat, dan memberikan semangat.
- 11.20 WIT, seluruh pendaki dan guide melakukan perjalanan turun ke basecamp.
- 10.26 WIT, tim evakuasi 2 (Ruslan, Yansen, Lucky, dan Meidi) berangkat dari basecamp untuk mengevakuasi jenazah di teras 2.
- 14.30 WIT, seluruh pendaki dan guide yang dari summit ridge tiba di basecamp.
- 16.41 WIT, tim evakuasi 2 telah mengevakuasi 1 jenasah sampai di helipad.
- Jenazah kedua akan di evakuasi pada tanggal 2 Maret dini hari.
Minggu, 3 Maret 2025
- Jenazah atas nama Elsa Laksono sudah berhasil diturunkan ke Timika dan ditangani di RSUD Kabupaten Mimika.
- Adapun jenazah kedua atas nama Lilie Wijayanti belum berhasil diturunkan ke Timika karena alasan cuaca. Helikopter sudah dua kali mencoba ke lokasi tetapi tak bisa masuk.
- Rencana besok Senin pagi, jenazah kedua akan dievakuasi menggunakan helikopter milik Komala Indonesia jenis AS 350 B3 (PK-KIE) pukul 6.30 WIT. Semoga cuaca mendukung.
Profil Korban
1. Lilie Wijayanti Poegiono
- Jenis kelamin : Perempuan
- TTL : Malang, 02 Okt 1965
- Alamat domisili : Bandung, Jawa Barat
- Agama : Kristen
- Status : Meninggal
2. Elsa Laksono
- Jenis kelamin : Perempuan
- TTL : Malang, 24 Juli 1965
- Alamat domisili : Jakarta Selatan, DKI Jakarta
- Agama : Kristen
- Status : Meninggal
3. Tiga korban gejala hipoksia dan AMS:
- Indira Alaika (gejala AMS)
- Saroni (gejala AMS)
- Alvin Reggy Perdana (hipoksia)
Dua Sahabat Pendaki Paruh Baya
Andreas Harsono, jurnalis senior Indonesia yang mengenal dekat Lilie Wijayanti dan Elsa Laksono, mengatakan bahwa kedua perempuan tersebut merupakan teman SMA-nya di Malang. "Saya tiga tahun sekelas dengan Lilie di SMA," ujar Andreas saat dihubungi. "Kalau sama Elsa saya hanya setahun sekelas dengannya saat SMA."
"Lilie ini dulunya adalah insinyur elektro, terus dia kerja di PT Telkom, perusahaan milik negara di Bandung," tutur Andreas lagi.
Saat krisis moneter tahun 1997/1998, Lilie kemudian mengambil paket pesangon dari program pemutusan hubungan kerja yang ditawarkan perusahaan tersebut.
"Dia dari dulu suka menjahit," kata Andreas. Oleh karena itu, setelah berhenti bekerja di perusahaan BUMN tersebut, Lilie kemudian menjadi perancang busana.
Adapun Elsa, menurut Andreas, adalah seorang dokter gigi. "Selepas SMA dia kuliah kedokteran gigi di Trisakti," kata Andreas.
Setelah lulus dari kedokteran gigi di Universitas Trisakti, Elsa kemudian masuk TNI. "Terus jadi dokter gigi, lalu dia dinas militer, dia masuk TNI Angkatan Laut," ucap Andreas.
Beberapa tahun kemudian, Elsa keluar dari TNI dan kemudian menjadi dokter gigi swasta. "Dia adalah tentara dan dokter gigi yang jujur," ujar Andreas lagi.
Sejak SMA, kedua perempuan itu memang suka aktivitas fisik. Sewaktu SMA, menurut Andreas, Lilie suka main basket, sedangkan Elsa suka main voli.
Menginjak usia paruh baya, kondisi fisik Lilie membuat Andreas membuatnya takjub. "Kondisi fisik dan mentalnya 'gila'," puji Andreas dengan makna positif.
Lilie pernah bilang ke Andreas, "Nek ora sepeda seratus kilo seminggu, awakku loro kabeh. Kalau tidak bersepeda seratus kilometer seminggu, badanku sakit semua."
Andreas juga masih ingat betul perkataan Lilie bahwa "intinya dia bilang dia pengen mendaki tujuh puncak tertinggi di Indonesia." Sebelumnya, Lilie telah berhasil mencapai puncak keenam yakni Binaiya di Maluku. Oleh karena itu, dia kemudian ke Puncak Carstensz di Papua.
"Kalau Elsa, hobinya satu lagi adalah menyelam. Ya itulah kesenangan mereka (naik gunung) nggak ada yang lain," imbuhnya lagi. "Mereka adalah orang-orang yang profesional sebagai dokter gigi maupun sebagai perancang busana."
Lilie dan Elsa sama-sama tergabung dalam komunitas atau kelompok kecil bernama "Mamak Pendaki". Kelompok tersebut berisi "ibu-ibu yang berumur di atas paruh baya lebih, di atas 50 tahun, dan suka naik gunung," jelas Andreas. "Nah mereka ingin memecahkan rekor menjadi pendaki paling tua yang mencapai Puncak Carstensz."
Kini kedua pendaki paruh baya yang saling bersahabat setidaknya sejak SMA itu telah mencapai keinginan mereka. Mereka menjadi dua pendaki perempuan berusia 59 tahun yang mampu mencapai Puncak Carstensz di Papua.
"Meninggalnya indah ya. Meninggal dengan bestie. Dan gagah lho, meninggal saat naik gunung. Orang yang meninggal saat melakukan apa yang mereka suka itu kan berarti they lived a full life. Hidupnya penuh," ujar Andreas.
"Anak-anak mereka sudah beres, sudah mentas semua. Pekerjaan mereka juga lancar. Mereka kelas menengah yang hidup nyaman, tetapi tahu cara memakai uangnya buat hal-hal yang membuat kehidupan mereka lebih bermakna: naik gunung."
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR