Kumpulan bukti ini menunjukkan kemungkinan bahwa para pelaut kuno ini membangun perahu canggih dari bahan komposit organik yang disatukan dengan tali berbahan dasar tumbuhan dan juga menggunakan teknologi tali yang sama untuk memancing di laut lepas.
Jika demikian, maka migrasi prasejarah melintasi Kepulauan Asia Tenggara tidak dilakukan oleh para pengembara laut pasif di atas rakit bambu yang tipis, tetapi oleh para navigator yang sangat terampil yang dilengkapi dengan pengetahuan dan teknologi untuk menempuh jarak yang sangat jauh dan ke pulau-pulau terpencil di atas perairan dalam.
Beberapa tahun kerja lapangan di Pulau Ilin, Mindoro Barat, mengilhami para peneliti untuk memikirkan topik ini dan menguji hipotesis ini.
Bersama dengan arsitek angkatan laut dari University of Cebu, mereka baru-baru ini memulai Proyek First Long-Distance Open-Sea Watercrafts (FLOW) dengan tujuan menguji bahan mentah yang mungkin digunakan di masa lalu, dan untuk merancang dan menguji model kapal laut berskala kecil.
Kehadiran teknologi maritim yang demikian canggih di Kepulauan Asia Tenggara prasejarah menyoroti kecerdikan masyarakat Filipina awal dan tetangga mereka. Pengetahuan pembuatan perahu mereka kemungkinan menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat inovasi teknologi puluhan ribu tahun lalu dan meletakkan dasar bagi tradisi maritim yang masih berkembang di wilayah tersebut hingga saat ini.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR