Nationalgeographic.co.id—Jaringan Ekonom PBB (United Nations Economist Network/UNEN) baru-baru ini menerbitkan sebuah Ringkasan Kebijakan (Policy Brief) penting yang membahas tentang kebijakan industri yang relevan untuk pembangunan berkelanjutan di era modern ini.
Dokumen tersebut secara komprehensif menguraikan bagaimana berbagai negara di seluruh dunia sedang aktif membentuk ulang strategi ekonomi mereka, menyesuaikan diri dengan dinamika teknologi, lingkungan, dan geopolitik yang terus berubah dengan cepat.
Kebijakan industri kembali menjadi fokus utama, terutama bagi negara-negara berkembang yang berupaya menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan, inklusi sosial yang luas, serta ketahanan ekonomi yang kuat.
Dalam laporan tersebut, Indonesia mendapatkan sorotan khusus sebagai contoh yang menarik dalam penerapan kebijakan industri berbasis sumber daya alam, terutama dalam sektor nikel yang sangat penting.
Nikel, sebagai komoditas strategis, memainkan peran krusial dalam produksi baja tahan karat yang banyak digunakan dalam berbagai industri, serta menjadi bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik (EV) yang semakin populer.
Dengan kekayaan cadangan nikel yang mencapai 22% dari total cadangan dunia dan kontribusi produksi global sebesar 37%, Indonesia telah mengambil langkah berani dengan menerapkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel sejak tahun 2014, yang kemudian diperkuat lagi pada tahun 2022.
Tujuan utama dari kebijakan ini adalah untuk mendorong investasi yang signifikan dalam pengolahan nikel di dalam negeri.
Sebagai hasil dari kebijakan strategis ini, Indonesia berhasil menarik investasi langsung asing (FDI) yang substansial, terutama dari Tiongkok, untuk mengembangkan industri hilir nikel yang lebih maju.
Strategi ini terbukti efektif dalam mentransformasi Indonesia menjadi produsen utama nikel olahan, yang merupakan bahan baku esensial dalam produksi baja dan baterai kendaraan listrik.
Pencapaian gemilang ini menjadi bukti nyata keberhasilan strategi industri yang telah diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia.
Menurut Marco Kamiya, Perwakilan UNIDO untuk Indonesia, Timor-Leste, dan Filipina, yang juga merupakan salah satu penulis laporan Ringkasan Kebijakan UNEN ini, kebijakan industri yang diterapkan Indonesia menjadi studi kasus yang sangat penting dalam transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam.
Baca Juga: Sustainability: Singapura Investasikan Rp3,7 Triliun untuk Tingkatkan Efisiensi Energi
Beliau menyatakan, "Pendekatan Indonesia terhadap industrialisasi, dengan memanfaatkan kekayaan cadangan nikelnya, telah mempercepat pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, pendekatan ini juga menciptakan peluang bagi industri bernilai tambah lebih tinggi."
"Namun, mempertahankan momentum ini memerlukan visi jangka panjang. Visi tersebut harus mengintegrasikan inovasi, praktik berkelanjutan, dan kemitraan global," jelasnya seperti dilansir laman indonesia.un.org.
Lebih lanjut, Kamiya menekankan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang mengesankan, tantangan baru tetap muncul, terutama terkait dengan hambatan teknologi dalam produksi baterai kendaraan listrik yang semakin kompleks, serta dinamika pasar global yang terus berubah dengan cepat.
"Langkah selanjutnya bagi Indonesia adalah meningkatkan kemampuan pengolahannya. Tujuannya adalah memproduksi komponen baterai EV bernilai tinggi. Langkah ini memerlukan integrasi transfer teknologi dengan keahlian lokal," paparnya.
"Dengan demikian, Indonesia dapat mempertahankan daya saingnya dalam transisi energi bersih global."
Ringkasan Kebijakan UNEN secara tegas menekankan bahwa kebijakan industri modern harus secara aktif mempromosikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan inovasi teknologi. Dengan pendekatan ini, pertumbuhan ekonomi dapat didorong secara efektif dan bertanggung jawab.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - SDGs) nomor 9, yang berfokus pada Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, menjadi inti dari kerangka kebijakan ini.
Upaya industrialisasi nikel yang dilakukan Indonesia menyoroti peluang besar serta tantangan kompleks dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan.
Laporan tersebut juga menggarisbawahi pentingnya koherensi kebijakan antar sektor, kolaborasi internasional yang erat, serta pembiayaan yang adil untuk memastikan bahwa negara-negara seperti Indonesia tidak tertinggal dalam perlombaan global menuju ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR