Nationalgeographic.co.id—Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan definisi sederhana namun mendalam mengenai sustainability (keberlanjutan), yaitu sebagai upaya untuk "memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka."
Definisi ini mendapatkan apresiasi tinggi dari berbagai ahli, salah satunya adalah Mike Weinstein, PhD, seorang direktur keberlanjutan di Southern New Hampshire University (SNHU) yang juga merupakan pendiri Arboretum universitas yang telah diakreditasi secara internasional.
Menurutnya, definisi PBB tersebut mengajak kita untuk merenungkan dua pertanyaan mendasar: "Apa sebenarnya kebutuhan kita?" dan "Apa makna kehidupan yang lebih luas dari sekadar kepentingan pribadi kita?"
Weinstein menjelaskan bahwa "kebutuhan" mencakup hal-hal esensial seperti air bersih, makanan yang bergizi, dan tempat tinggal yang aman. Ia juga mengingatkan bahwa ironisnya, miliaran orang di seluruh dunia masih kesulitan untuk mendapatkan akses terhadap kombinasi kebutuhan dasar ini.
Sebagai gambaran, pada tahun 2024, sekitar 2,2 miliar orang di seluruh dunia, atau hampir satu dari empat penduduk bumi, masih tidak memiliki akses terhadap air bersih, menurut data dari Water.org, sebuah organisasi nirlaba global yang fokus pada isu air bersih.
Lebih lanjut, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), yang merupakan badan khusus PBB, melaporkan adanya proyeksi peningkatan signifikan jumlah penduduk perkotaan di dunia yang akan menghadapi kekurangan air.
Jumlah ini diperkirakan akan melonjak, bahkan berpotensi berlipat ganda dari 930 juta orang pada tahun 2016 menjadi antara 1,7 hingga 2,4 miliar orang pada tahun 2050.
Menyadari permasalahan yang semakin mendesak ini, Pamela Beckvagni, asisten direktur program keberlanjutan di SNHU, menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.
"Keberlanjutan lingkungan pada dasarnya adalah tentang bagaimana kita menggunakan sumber daya alam secara bijaksana dan seimbang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita saat ini, tanpa mengorbankan hak generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka," terang Beckvagni.
Dengan lebih dari 25 tahun pengalaman dalam kepemimpinan program, keberlanjutan, dan pengelolaan lingkungan, Beckvagni memiliki pemahaman mendalam mengenai isu-isu lingkungan.
Ia juga menegaskan manfaat utama dari menjaga keseimbangan lingkungan, yaitu "Stabilitas lingkungan yang terjaga akan memastikan kelangsungan ekologi dan kehidupan dalam jangka panjang."
Baca Juga: Benarkah Tujuan Sustainability Terancam Akibat Demokrasi Dunia yang Kian Suram?
Mengapa Keberlanjutan Lingkungan Memiliki Peranan Krusial?
Keberlanjutan lingkungan memegang peranan yang sangat penting karena tujuannya adalah untuk melindungi sumber daya alam yang tak ternilai harganya, seperti udara bersih, air yang jernih, dan keanekaragaman satwa liar, agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Selain definisi PBB, Weinstein juga menggarisbawahi definisi keberlanjutan lain yang relevan, yaitu: "Upaya untuk memastikan bahwa aktivitas masyarakat manusia tetap berada dalam batas-batas ekologi planet Bumi."
Definisi ini mengacu pada konsep yang dikenal sebagai Batasan Planet (Planetary Boundaries/PB), yang diperkenalkan pada tahun 2009 untuk mengidentifikasi batasan-batasan lingkungan di mana manusia dapat beraktivitas dengan aman, menurut Science.org, sebuah organisasi penelitian daring.
Pemahaman mengenai batasan-batasan ini menjadi sangat penting agar kita dapat menjaga keberlanjutan planet ini.
Meskipun demikian, Weinstein berpendapat bahwa sebagian besar masyarakat dunia saat ini cenderung terputus dari pemahaman mendasar mengenai fungsi planet Bumi dan seringkali mengabaikan faktor-faktor krusial yang mempengaruhinya.
Sebagai contoh, manusia sebagai bagian integral dari Bumi, hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya di planet ini.
"Aktivitas ekonomi kita saat ini seringkali mengabaikan batasan-batasan ekologi yang seharusnya kita hormati," jelas Weinstein. Satu hal yang pasti, keberlanjutan lingkungan adalah sebuah keharusan karena kelangsungan hidup manusia sangat bergantung padanya.
Langkah-Langkah Konkret Mencapai Keberlanjutan Lingkungan
Peraturan terkait lingkungan hidup biasanya dikeluarkan oleh organisasi seperti Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA). EPA memiliki wewenang yang diberikan oleh kongres untuk menyusun peraturan yang menjadi dasar implementasi undang-undang lingkungan.
Menurut EPA, peraturan-peraturan ini bersifat mengikat dan berlaku untuk berbagai pihak, termasuk: dunia bisnis, individu, lembaga nirlaba, serta pemerintah negara bagian atau lokal.
Baca Juga: Sustainability: Kebijakan Industri Indonesia dalam Pembangunan Berkelanjutan Disoroti, Ada Apa?
Peraturan ini menciptakan akuntabilitas, namun Weinstein menekankan bahwa peraturan tersebut harus ketat dan ditegakkan secara konsisten agar efektif dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan.
Tantangan yang dihadapi saat ini, menurut Weinstein, adalah adanya penumpukan pekerjaan di EPA dan infrastruktur publik yang belum sepenuhnya mampu menciptakan akuntabilitas yang diharapkan. Meskipun demikian, setiap individu dapat berkontribusi dalam menciptakan perubahan.
Lalu, bagaimana cara kita dapat membantu mewujudkan keberlanjutan? PBB menawarkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang dapat menjadi panduan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan. Tujuan-tujuan ini, seperti dilansir laman snhu.edu, mencakup berbagai tantangan global, seperti:
* Air bersih dan sanitasi: Mengupayakan penggunaan air yang efisien dan menghindari pemborosan.
* Aksi iklim: Bertindak segera untuk mencegah pemanasan global yang semakin parah.
* Kehidupan di bawah air: Menghindari penggunaan kantong plastik untuk menjaga kebersihan ekosistem laut.
* Kehidupan di darat: Menanam pohon untuk membantu melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas udara.
* Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab: Mendaur ulang barang-barang bekas seperti kertas, plastik, kaca, dan aluminium.
* Kota dan komunitas yang berkelanjutan: Memilih moda transportasi yang ramah lingkungan seperti bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi umum.
Keberlanjutan memiliki cakupan yang lebih luas dari sekadar menjaga alam. "Kita juga harus menyadari bahwa komunitas yang terpinggirkan cenderung lebih rentan terhadap dampak buruk degradasi lingkungan," ungkap Weinstein.
Ia menambahkan bahwa keberlanjutan yang sejati tidak akan tercapai sampai semua orang dapat hidup dalam komunitas yang aman, sehat, dan sejahtera, dengan mempertimbangkan kepentingan generasi mendatang.
KOMENTAR