Peraturan ini menciptakan akuntabilitas, namun Weinstein menekankan bahwa peraturan tersebut harus ketat dan ditegakkan secara konsisten agar efektif dalam mewujudkan keberlanjutan lingkungan.
Tantangan yang dihadapi saat ini, menurut Weinstein, adalah adanya penumpukan pekerjaan di EPA dan infrastruktur publik yang belum sepenuhnya mampu menciptakan akuntabilitas yang diharapkan. Meskipun demikian, setiap individu dapat berkontribusi dalam menciptakan perubahan.
Lalu, bagaimana cara kita dapat membantu mewujudkan keberlanjutan? PBB menawarkan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang dapat menjadi panduan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan. Tujuan-tujuan ini, seperti dilansir laman snhu.edu, mencakup berbagai tantangan global, seperti:
* Air bersih dan sanitasi: Mengupayakan penggunaan air yang efisien dan menghindari pemborosan.
* Aksi iklim: Bertindak segera untuk mencegah pemanasan global yang semakin parah.
* Kehidupan di bawah air: Menghindari penggunaan kantong plastik untuk menjaga kebersihan ekosistem laut.
* Kehidupan di darat: Menanam pohon untuk membantu melindungi lingkungan dan meningkatkan kualitas udara.
* Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab: Mendaur ulang barang-barang bekas seperti kertas, plastik, kaca, dan aluminium.
* Kota dan komunitas yang berkelanjutan: Memilih moda transportasi yang ramah lingkungan seperti bersepeda, berjalan kaki, atau menggunakan transportasi umum.
Keberlanjutan memiliki cakupan yang lebih luas dari sekadar menjaga alam. "Kita juga harus menyadari bahwa komunitas yang terpinggirkan cenderung lebih rentan terhadap dampak buruk degradasi lingkungan," ungkap Weinstein.
Ia menambahkan bahwa keberlanjutan yang sejati tidak akan tercapai sampai semua orang dapat hidup dalam komunitas yang aman, sehat, dan sejahtera, dengan mempertimbangkan kepentingan generasi mendatang.
KOMENTAR