Nationalgeographic.co.id—Jenderal Perang Saudara AS, William Tecumseh Sherman, menyampaikan pidato kelulusan di Akademi Militer Michigan pada tahun 1879.
Ia merangkum pengalamannya dengan tiga kata: "Perang adalah neraka."
Milton Leitenberg, seorang ahli pengendalian senjata, memperkirakan 136,5 juta hingga 148,5 juta orang menjadi korban perang di abad ke-20. Biaya ekonomi perang juga sangat besar.
Pengeluaran AS untuk perang di Irak, Afghanistan, dan Pakistan bisa melebihi AS$4 triliun. Pada tahun 2011, pengeluaran militer di seluruh dunia diperkirakan mencapai hampir AS$2,2 triliun.
Meskipun biayanya besar, banyak pemerintah menganggap pengeluaran pertahanan penting. Namun, seperti dilansir laman How Stuff Works, beberapa negara memilih untuk menghapus militer mereka.
Artikel ini akan membahas bagaimana dan mengapa mereka mengambil keputusan ini, serta pengganti pertahanan mereka.
1. Haiti
Negara pertama yang menghapus militernya adalah Haiti. Haiti adalah negara termiskin di belahan bumi Barat. Kemiskinan ini sudah ada sebelum gempa bumi 7,0 SR pada Januari 2010.
Gejolak politik, sering kali melibatkan militer, berkontribusi pada kesulitan Haiti. Kurang dari setahun setelah Jean-Bertrand Aristide terpilih sebagai presiden pada 16 Desember 1990, ia digulingkan oleh kudeta militer.
Haiti berada di bawah pemerintahan militer sementara hingga tahun 1994. Saat itu, PBB melakukan intervensi dan menggulingkan kepemimpinan Haiti. Setelah Aristide kembali menjadi presiden, ia membubarkan angkatan bersenjata Haiti.
Saat ini, Haiti bergantung pada pasukan PBB untuk keamanan. Namun, pada tahun 2011, Presiden Michel Martelly mengumumkan niatnya untuk membangun militer baru.
Baca Juga: Sejarah Dwifungsi ABRI: Latar Belakang, Penghapusan, hingga Kemungkinan 'Bangkit'
KOMENTAR