Nationalgeographic.co.id—Tidak banyak orang yang tahu lebih banyak tentang suku Sentinel daripada antropolog India T.N. Pandit.
Sebagai kepala daerah Kementerian Urusan Suku India, Pandit melakukan kunjungan ke komunitas pulau terpencil selama beberapa dekade. Suku tersebut adalah suku Sentinel.
Suku Sentinel telah hidup dalam isolasi hampir total selama puluhan ribu tahun. Namun sempat menjadi perhatian dunia setelah mereka dilaporkan membunuh seorang misionaris Amerika berusia 27 tahun. Misionaris tersebut mencoba menjalin kontak dengan suku Sentinel.
Pandit mengatakan dari pengalamannya bahwa kelompok tersebut sebagian besar “mencintai perdamaian”. Ia percaya bahwa reputasi suku Sentinel yang menakutkan tidaklah adil bagi mereka.
“Selama interaksi kami, mereka mengancam kami tetapi tidak pernah sampai pada titik di mana mereka membunuh atau melukai. Setiap kali mereka gelisah, kami mundur,” katanya.
“Saya merasa sangat sedih atas kematian pemuda yang datang jauh-jauh dari Amerika ini. Namun, dia melakukan kesalahan. Dia memiliki cukup kesempatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Namun, dia bertahan dan membayarnya dengan nyawanya.”
Pandit pertama kali berangkat untuk mengunjungi pulau Sentinel Utara pada tahun 1967 sebagai bagian dari kelompok ekspedisi.
Awalnya, suku Sentinel bersembunyi di hutan. Mereka menghindari Pandit dan timnya. Tapi kemudian dalam perjalanan berikutnya, suku Sentinel menembaki mereka dengan anak panah.
Pandit mengatakan bahwa para antropolog membawa berbagai barang bersama mereka dalam perjalanan untuk mencoba menjalin hubungan dengan suku Sentinel.
“Kami membawa hadiah berupa panci dan wajan, kelapa dalam jumlah besar, peralatan besi seperti palu dan pisau panjang. Kami juga membawa serta tiga orang Onge (suku lokal lainnya). Suku Onge membantu kami 'menafsirkan' ucapan dan perilaku suku Sentinel,” kenangnya dalam sebuah esai yang mencatat kunjungannya.
“Namun, para prajurit Sentinel menghadapi kami dengan wajah marah dan muram. Mereka bahkan bersenjata lengkap dengan busur dan anak panah panjang, siap untuk mempertahankan tanah mereka.”
Baca Juga: Kala Kematian Misionaris di Pulau Sentinel Utara Justru Bahayakan Penduduk Asli
Meskipun tidak banyak berhasil, Pandit meninggalkan hadiah untuk mencoba membangun hubungan dengan komunitas misterius tersebut. Dalam satu contoh, dia mengatakan bahwa mereka tahu bahwa babi hidup yang diikat yang mereka tawarkan jelas tidak dihargai oleh kelompok tersebut. Pasalnya, suku Sentinel dengan cepat menusuk hewan itu hingga mati dan menguburnya di pasir.
Hadiah diterima oleh suku Sentinel
Setelah beberapa ekspedisi mencoba untuk melakukan kontak, terobosan nyata pertama mereka terjadi pada tahun 1991. Saat itu, suku Sentinel datang untuk mendekati mereka dengan damai di lautan.
“Kami heran mengapa mereka mengizinkan kami,” katanya. “Itu adalah keputusan mereka untuk bertemu dengan kami dan pertemuan itu berlangsung sesuai dengan ketentuan mereka.”
Pandit dan rombongannya pun melompat keluar dari perahu dan berdiri di air sedalam leher. Mereka membagikan kelapa dan hadiah lainnya. Namun, mereka tetap tidak diizinkan untuk melangkah ke pulau Sentinel.
Pandit mengatakan bahwa dia tidak terlalu khawatir diserang, tetapi selalu berhati-hati saat berada di dekat mereka. Anggota tim bahkan mencoba berkomunikasi dalam bahasa isyarat dengan Suku Sentinel. Sayangnya mereka tidak berhasil karena suku Sentinel rupanya terlalu sibuk dengan hadiah-hadiah yang dibawa.
“Mereka berbicara di antara mereka sendiri tetapi kami tidak dapat memahami bahasa mereka. Kedengarannya mirip dengan bahasa yang digunakan oleh kelompok suku lain di daerah tersebut,” jelas Pandit.
Tidak diterima
Dalam salah satu percakapan yang menegangkan dalam perjalanan itu, seorang anggota muda suku mengancamnya.
“Ketika saya membagikan kelapa, saya agak terpisah dari anggota tim lainnya dan mulai mendekati pantai,” ungkap Pandit. “Seorang anak Sentinel muda membuat wajah lucu, mengambil pisaunya. Ia memberi isyarat kepada saya bahwa ia akan memenggal kepala saya. Saya segera memanggil perahu dan segera mundur. Sikap anak laki-laki itu penting. Ia menjelaskan bahwa saya tidak diterima.”
Pemerintah India sejak itu menghentikan ekspedisi pemberian hadiah dan orang luar dilarang mendekati pulau itu.
Baca Juga: Deforestasi Makan Korban: Dua Orang Tewas oleh Suku Terasing Hutan Amazon
Isolasi menyeluruh terhadap suku Sentinel berarti setiap kontak dengan dunia luar dapat menempatkan mereka pada risiko penyakit yang mematikan. Suku tersebut kemungkinan tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit umum seperti flu dan campak.
Pandit mengatakan anggota kelompoknya selalu menjalani pemeriksaan awal untuk kemungkinan penyakit menular. Dan hanya mereka yang dalam kondisi sehat yang diizinkan bepergian ke Sentinel Utara.
Para pejabat mengatakan Chau, misionaris Amerika yang terbunuh, tidak memperoleh izin resmi apa pun untuk perjalanannya.
Ia malah dikatakan membayar nelayan setempat untuk membawanya ke pulau itu secara ilegal. Harapannya adalah Chau dapat mengubah suku tersebut menjadi Kristen.
Meskipun ia sendiri pernah mengalami ketegangan dengan suku Sentinel, Pandit menolak untuk menganggap suku tersebut mengobarkan permusuhan.
“Itu cara pandang yang salah. Kami adalah agresor di sini,” jelas Pandit. “Kami adalah pihak yang mencoba memasuki wilayah mereka.”
Suku Sentinel adalah orang-orang yang cinta damai. Mereka tidak berusaha menyerang orang lain. Mereka tidak mengunjungi daerah sekitar dan menimbulkan masalah. Pembunuhan terhadap orang asing yang datang adalah insiden yang jarang terjadi.
Pandit mengatakan bahwa ia mendukung pembentukan kembali misi pemberian hadiah yang bersahabat dengan suku tersebut. Namun ia menegaskan juga bahwa suku Sentinel tidak boleh diganggu.
“Kita harus menghormati keinginan mereka untuk dibiarkan sendiri,” ungkapnya.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR