Kedua, otak akan cepat menghapus hal-hal yang dianggap tidak penting dari memori kerja untuk memberi ruang bagi informasi baru. Jadi, kecuali memori jangka pendek ini dipindahkan ke memori jangka panjang (proses yang disebut konsolidasi), maka pikiran itu akan segera hilang dari kesadaran.
Karena otak sebenarnya tidak mampu melakukan multitasking, kata Miller, otak harus "melempar dan menangkap" berbagai pikiran saat memori kerja berpindah dari satu ide ke ide lain.
Proses ini membutuhkan upaya dan perhatian sadar yang dikendalikan oleh korteks prefrontal otak, area yang terlibat dalam pembelajaran kompleks, pengambilan keputusan, dan penalaran. Jika perhatian hanya terfokus pada satu pikiran atau teralihkan ke hal lain, maka otak akan kehilangan jejak pikiran sebelumnya.
"Otak akan menjatuhkan salah satu 'bola', dan itulah alasan kita lupa," ujar Miller.
Otak juga cenderung lebih sering "menjatuhkan bola" dari memori kerja ketika sedang mengantuk atau terpengaruh alkohol maupun obat-obatan. Usia juga menjadi faktor; Miller mengatakan bahwa fungsi memori kerja mencapai puncaknya di usia 20-an dan mulai menurun saat memasuki usia paruh baya.
Namun, bagi mereka yang sering mengalami pikiran tiba-tiba hilang dari ingatan, Jaeggi dan Miller memberikan beberapa saran berbasis penelitian. Untuk mencegah terlalu banyak hal terlupakan sejak awal, Miller menyarankan untuk menghindari multitasking.
"Ketika kamu merasa sedang multitasking, sebenarnya yang kamu lakukan adalah juggling (melempar-tangkap pikiran)," ujarnya, dan juggling justru meningkatkan kemungkinan lupa.
Jaeggi memberikan saran ketika kita mengalami momen kehilangan jejak pikiran. "Mengulang kembali konteksnya bisa membantu," katanya. Misalnya, kembali ke ruangan asal atau menelusuri ulang alur pikiran yang tadi terlintas di kepala.
Petunjuk-petunjuk konteks semacam ini mampu memberi sinyal tambahan bagi otak untuk menelusuri kembali memori kerja, menarik kembali potongan pikiran yang nyaris hilang.
Pada akhirnya, momen lupa yang sering kita anggap sepele justru menjadi pengingat betapa rumit dan menakjubkannya cara kerja otak manusia. Di balik setiap detik yang terlewat, ada proses rumit yang terus berlangsung untuk menyaring mana yang layak diingat dan mana yang harus dilepaskan.
Maka lain kali ketika kita berdiri bingung di tengah ruangan atau kehilangan kata di ujung lidah, anggaplah itu sebagai jeda kecil dari otak yang sedang bekerja keras menjaga kewarasan kita di tengah derasnya arus informasi.
Source | : | Live Science,National Library of Medicine |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR