Obat dengan sejarah yang menarik
Terinspirasi oleh racun pada tanaman bottlebrush, nitisinone awalnya ditujukan untuk digunakan sebagai herbisida. Obat ini bekerja dengan menargetkan asam amino esensial yang dikenal sebagai tirosin.
Sekelompok kelainan genetik langka terjadi ketika tubuh tidak dapat memetabolisme asam amino yang sama dengan baik. Contohnya tirosinemia tipe I dan alkaptonuria. Para peneliti menemukan bahwa nitisinone dapat menjadi pengobatan yang efektif. Karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyetujuinya untuk digunakan pada manusia pada tahun 1992.
“Ini adalah satu-satunya hal yang membuat anak-anak dengan tirosinemia tipe I tetap hidup,” kata Acosta Serrano. “Ini bukan solusi yang sempurna, tetapi itulah satu-satunya hal.”
Nitisinone menyebabkan serangkaian efek samping pada pasien dengan kelainan tersebut. Tapi Acosta Serrano mengatakan populasi ini biasanya harus mengonsumsi obat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk pengendalian nyamuk yang efektif.
Pada 2016 peneliti Brasil, Marcos Sterkel dan Pedro Oliveira, menemukan bahwa serangga penghisap darah mengembangkan kemampuan untuk memproses tirosin dengan cepat setelah menghisap darah. Serangga tersebut antara lain kutu, lalat, dan nyamuk.
Yang lebih penting, mereka juga mengetahui bahwa jika Anda dapat mengganggu proses itu, serangga itu akan mati.
Laboratorium Acosta Serrano di Sekolah Kedokteran Tropis Liverpool di Inggris Raya meneliti parasit penghisap darah dan penular penyakit lain (lalat tsetse). Para peneliti kemudian menghubunginya untuk melihat apakah nitisinone mungkin memiliki peran. Tak lama kemudian, tim memperluas pekerjaan mereka untuk melihat efek nitisinone pada nyamuk.
Dan begitulah cara nitisinone berubah dari membunuh tanaman menjadi menyelamatkan anak-anak hingga berpotensi melawan penyakit mematikan.
Tidak ada obat mujarab untuk malaria
Nitisinone telah melewati standar keamanan yang ketat. Karena itu, penggunaan kembali obat tersebut untuk memerangi penyakit yang ditularkan nyamuk juga akan memerlukan lebih sedikit persetujuan, kata Acosta Serrano. Misalnya, nitisinone saat ini telah mendapat izin untuk digunakan pada bayi baru lahir dan anak kecil. Dan tidak ada kejadian berbahaya yang tercatat pada ibu hamil. Itulah salah satu alasan mengapa hasilnya menjanjikan.
“Saya pikir penelitian ini sangat menarik,” kata George Dimopoulos, seorang ahli biologi molekuler. Dimopoulos mengkhususkan diri dalam penyakit yang ditularkan nyamuk di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR