Film ini disutradarai oleh Mark Robson dan skenarionya ditulis oleh George Fox dan Mario Puzo. Dengan kombinasi drama manusia dan efek bencana yang spektakuler, Earthquake menjadi salah satu film yang membuka jalan bagi genre film bencana.
Secara komersial, film ini juga sukses besar, dengan pendapatan box office yang mencapai sekitar $167,4 juta, jauh melampaui anggaran produksinya. Selain itu, film ini mendapatkan penghargaan Academy Award untuk kategori Efek Visual Terbaik, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu film bencana paling ikonik pada era 1970-an. Selain itu film ini juga menerima nominasi untuk kategori lainnya, seperti Sinematografi dan Penyuntingan Suara.
Namun, meskipun efek visual dan teknologinya dipuji, beberapa kritikus merasa bahwa pengembangan karakter dan alur cerita kurang mendalam. Meski begitu, film ini tetap menjadi favorit di kalangan penggemar genre bencana dan dianggap sebagai pelopor dalam genre tersebut.
Ada pesan dalam film ini bagaimana kita sepatutnya arif terhadap bencana masa depan sehingga mendorong kita untuk mitigasi, mengurangi risikonya. Dr. Willis Stockle, seorang seismolog yang memprediksi gempa besar di Los Angeles, mengingatkan, "No one was sure the atom bomb would work, until they dropped it. It worked."
(2) Pompeii (2014), film drama sejarah yang berlatar belakang letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada 79 Masehi.
Film ini menampilkan kutipan Pliny the Younger yang hidup pada masa itu. "Di dalam kegelapan, terdengar tangisan para wanita, ratapan bayi, dan teriakan para pria. Sebagian berdoa meminta pertolongan. Yang lain berharap kematian," tulisnya. "Namun lebih banyak lagi yang membayangkan bahwa tidak ada lagi Tuhan, dan alam semesta telah tenggelam dalam kegelapan abadi."
Kisah ini mengikuti Milo (diperankan oleh Kit Harington), seorang budak dan gladiator dengan masa lalu kelam yang jatuh cinta pada Cassia (Emily Browning), seorang wanita bangsawan yang terjebak dalam hubungan politik dengan seorang senator korup, Corvus (Kiefer Sutherland). Milo berjuang untuk menyelamatkan Cassia di tengah meningkatnya ancaman letusan yang akan menghancurkan kota Pompeii.
Saat Gunung Vesuvius mulai menunjukkan tanda-tanda aktivitas, kota Pompeii diguncang gempa dan letusan yang membawa kehancuran. Film ini secara visual menggambarkan tahapan letusan, mulai dari awan panas hingga aliran lava yang mengalir cepat, menciptakan rasa ketegangan yang semakin meningkat. Dampaknya terhadap kota Pompeii divisualisasikan dengan detail, seperti kehancuran bangunan, jatuhnya batu besar, dan api yang membakar.
Visual dalam film ini sangat mengandalkan efek Computer-Generated Imagery untuk memaparkan skala bencana, termasuk pemandangan kehancuran kota, kepanikan warga, dan debu vulkanik yang memenuhi udara. Elemen ini tidak hanya dramatis tetapi juga mendalam secara emosional.
Dalam kekacauan ini, Milo tidak hanya harus bertarung melawan Corvus dan pasukannya, tetapi juga melawan kekuatan alam yang mengancam nyawa. Film ini menggambarkan ketegangan antara perjuangan cinta, pengorbanan, dan nasib tragis warga kota yang terperangkap.
Baca Juga: Arkeolog Pompeii Singkap Bagaimana Kaum Elite Romawi Menikmati Harta
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR