“Logam berat menumpuk dalam lumut laut, jadi siapapun yang mengonsumsinya—baik manusia maupun ikan—semakin banyak dikonsumsi, semakin besar pula penumpukannya,” kata Gaffen. “Arsenik, merkuri, timbal, atau zat apapun yang ada di dalam air bisa ikut masuk,” tambahnya.
Logam berat seperti ini bisa mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap dan memproses mineral, serta menyebabkan berbagai dampak negatif.
Sebuah studi yang akan diterbitkan dalam Journal of Agriculture and Food Research pada Juni 2025 menunjukkan bahwa konsumsi produk rumput laut dapat menyebabkan akumulasi logam berat dalam tubuh yang berdampak buruk terhadap kesehatan, termasuk gangguan ginjal, kerusakan saraf, peningkatan risiko kanker, dan penurunan fungsi kognitif.
Lumut Laut Bisa Berisiko bagi Kondisi Kesehatan Tertentu
Meskipun tampaknya menjanjikan, lumut laut tidak cocok untuk semua orang. “Orang dengan gangguan tiroid, mereka yang rentan terhadap keracunan logam berat, serta individu yang sensitif terhadap karagenan perlu berhati-hati,” ujar Danielle Gaffen.
Ia juga menambahkan bahwa ibu hamil dan menyusui sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi lumut laut, dan mereka yang sedang mengonsumsi pengencer darah sebaiknya menghindarinya sama sekali.
Hal ini karena lumut laut secara alami mengandung senyawa antikoagulan (pengencer darah). Tinjauan ilmiah dalam Marine Drugs tahun 2024 mencatat bahwa ekstrak Chondrus crispus memiliki sifat antikoagulan yang berpotensi mencegah penggumpalan darah.
Bahkan untuk orang yang umumnya sehat, suplemen lumut laut tetap memunculkan pertanyaan. “Suplemen bisa saja berinteraksi dengan obat-obatan farmasi,” kata Nicholas Generales.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) tidak mengatur suplemen dengan standar yang sama seperti obat-obatan resep. “Produsen bisa menulis hampir apa saja di label, dan isinya belum tentu sesuai dengan yang tertulis,” lanjutnya.
Selain itu, tidak semua produk lumut laut dibuat dengan kualitas yang sama. “Produk lumut laut yang tersedia secara komersial sangat bervariasi,” kata Terry Davies. “Dan hanya sedikit yang mencantumkan secara jelas berapa kandungan yodiumnya.”
Ia menambahkan, banyak orang bahkan tidak menyadari bahwa lumut laut mengandung yodium, sehingga bisa mengonsumsi yodium tambahan tanpa sengaja.
Gaffen juga mengingatkan bahwa “Suplemen bisa saja mengandung kadar yodium yang tidak konsisten, terkontaminasi logam berat, atau memiliki bahan tambahan seperti pemanis buatan dan zat pengisi.”
Jadi, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?
Daripada mengikuti tren tanpa dasar ilmiah yang kuat, para ahli menyarankan untuk kembali pada prinsip dasar pola makan sehat. “Konsumsilah makanan utuh. Makanlah sayur dan buah segar,” saran Generales.
Gaffen pun menekankan bahwa lumut laut bukanlah ‘superfood ajaib’ Meski ada potensi manfaat, konsumsinya tetap harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing dan dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR