Konsep manifestasi di luar India
Di luar India, Yunani dan Mesir kuno juga menganut konsep-konsep seperti manifestasi. Kepercayaan Yunani dan Mesir kuno juga menggemakan gagasan manifestasi masa kini. George Lizos, penulis Ancient Manifestation Secrets, menunjukkan tiga konsep yang merujuk langsung pada manifestasi dari Yunani dan Mesir kuno. Konsep tersebut adalah Hermetisisme, Papirus Magis Yunani, dan teologi.
“Alasan Hermetisisme dikaitkan dengan manifestasi adalah karena para hermetis berbicara tentang tujuh hukum universal penciptaan”, kata Lizos.
Salah satunya mencakup hukum getaran, yang sekarang dikenal luas sebagai hukum tarik-menarik. “Kita dapat melihat bahwa tujuh hukum alam semesta sangat terkait erat dengan manifestasi. Mereka hanya tidak menyebutnya manifestasi,” jelasnya.
Papirus Magis Yunani, yang berasal dari tahun 100 SM hingga 400 M, adalah nama yang diberikan untuk kumpulan papirus dari Mesir Yunani-Romawi.
“Papirus-papirus itu digunakan oleh para penyihir, pendeta, dan mistikus untuk tujuan langsung memengaruhi realitas. Karenanya, mereka berhasil mewujudkan sesuatu,” kata Lizos.
“Papirus-papirus itu mencakup segala hal mulai dari mewujudkan cinta, hingga kemakmuran, kesuksesan, perlindungan, dan komunikasi ilahi.”
Himne Orfik Yunani Kuno juga menyertakan seruan, seperti doa untuk perwujudan, di akhir setiap himne. Sementara keinginan tertulis pada lempengan timah—yang dikubur untuk mewujudkan keinginan—mencerminkan papan visi masa kini.
Demikian pula, teologi dalam agama Yunani dan Neoplatonisme melibatkan ritual untuk memanggil kekuatan ilahi guna mendapatkan bimbingan dan dukungan. “Pada dasarnya, itu adalah bentuk perwujudan kuno dengan bekerja secara khusus dengan para dewa dan dewi,” kata Lizos.
Gerakan abad ke-19 yang membentuk perwujudan modern
Konsep perwujudan modern dapat ditelusuri kembali ke New Thought Movement pada akhir abad ke-19. Gerakan spiritual ini muncul di Amerika Serikat tetapi mendapat pengaruh langsung dari filsafat Hindu.
“Versi asli Science and Health karya Mary Baker Eddy, salah satu pendiri ew Thought Movement, mengutip Upanishad (teks Sansekerta kuno) secara bebas,” kata Chapple. Ia menambahkan bahwa kaum Transendentalis juga mempelajari dan mengutip Bhagavad Gita dan teks-teks Hindu lainnya.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR