Kawasan kota satelit pertama yang dirancang oleh pemerintah ini, menurut Abi, mulai berkembang pada akhir 1970-an hingga awal 1980-an. Terpisah 20 tahun setelah kota satelit pertama di Jakarta, yaitu Kebayoran, dibangun oleh Belanda.
Perkembangan Pondok Indah, yang dianggap "formal", tanpa banyak kita sadari, turut memengaruhi permukiman sekitarnya yang tumbuh secara informal. "Mereka terpapar dampak sosial, ekonomi, dan budaya dari Pondok Indah."
Paparan yang menurut pria kelahiran Jakarta, 42 tahun silam tersebut justru memperlihatkan resiliensi atau kemampuan adaptasi warga Jakarta. Terlebih ketika para pendatang mulai berbaur dengan warga Betawi yang, dengan beragam alasan, mulai melepas kepemilikan tanah di kawasan tersebut.
"Inilah yang memicu interaksi antara warga betawi dengan pendatang-pendatang yang lahir pada 1980-an," ungkap Abi.
Kondisi ini juga turut memicu bentuk resiliensi lain dalam wujud bangunan yang tidak terbatas pada fungsi sebagai hunian. Rumah-rumah itu memiliki banyak fungsi seperti lantai satu yang dijadikan sebagai tempat komersial. Sementara fungsi hunian terdapat di lantai atas.
Luas bangunan turut mengejawantahkan proses resiliensi warga Jakarta. Tanpa sentuhan pemerintah, mereka membangun persepsi sendiri tentang hunian yang nyaman. Salah satunya bisa terlihat dari "rumah 35 ribu milimeter" milik Abi yang kami kunjungi beberapa menit kemudian.
Secara luas, bagi sebagian orang, rumah yang memiliki lebar hanya 3,5 meter tersebut mungkin terasa sempit. Namun, lokasinya yang hanya berjarak 500 meter dari stasiun MRT Haji Nawi dan 5 menit berjalan kaki ke Pondok Indah Mall 1 memberikan definisi lain tentang tempat tinggal ideal dan nyaman di tengah kota.
Menariknya, dalam pandangan Abi yang tinggal di rumah tersebut sejak 2018, perubahan-perubahan positif mulai terlihat di lingkungan sekitar rumahnya. Dalam 5 tahun terakhir misalnya, Abi melihat bagaimana sanitasi dan pencahayaan di lingkungannya mulai diperbaiki. Kebutuhan akan ruang-ruang untuk para warga pun mulai terakomodasi.
Perspektif baru
Sana Kenal Kota, menurut Abi, memiliki tujuan untuk "Memberikan perspektif baru lewat bagaimana Jakarta itu berkembang, secara tata kota, arsitektur yang berkembang di dalamnya, dan termasuk bagaimana bangunan yang sehari-hari kita lewati tetapi tanpa sadar ada cerita di baliknya."
Baca Juga: sonic/panic Jakarta: Kolaborasi Musik dan Aksi Nyata untuk Selamatkan Lingkungan
KOMENTAR