Nationalgeographic.co.id—Tak seperti dinosaurus non-unggas yang seluruhnya punah, nenek moyang buaya selamat dari dua kepunahan massal selama 230 juta tahun.
Lantas, apa rahasia di balik keberhasilan dan umur panjang evolusi mereka hingga selamat dari dua kepunahan massal? Untuk menemukan jawabannya, para ilmuwan melakukan penelitian ilmiah dan kemudian diterbitkan pada tanggal 16 April di jurnal Palaeontology.
Dalam sejarahnya selama 4,5 miliar tahun, Bumi telah mengalami lima kepunahan massal. Buaya yang kita ketahui saat ini adalah anggota yang masih hidup dari garis keturunan yang disebut crocodylomorpha.
Garis keturunan ini berusia sekitar 230 juta tahun dan mencakup buaya, aligator, dan gharial modern serta banyak kerabat mereka yang telah punah.
Dilansir Popular Science, Keegan Melstrom, salah satu penulis studi dan ahli paleontologi di University of Central Oklahoma (UCO), mengatakan banyak kelompok yang berkerabat dekat dengan buaya lebih beragam, lebih banyak jumlahnya, dan menunjukkan ekologi yang berbeda, tetapi semuanya punah kecuali beberapa buaya generalis (generalist crocodylians) yang masih hidup saat ini.
Buaya generalis merujuk pada jenis-jenis buaya yang mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi dan makanan, tidak terlalu pilih-pilih habitat atau mangsa.
Buaya yang masih hidup adalah hewan semi-akuatik yang hidup di tempat-tempat seperti danau, sungai, dan rawa, tempat mereka menyergap mangsanya.
Mereka tidak pilih-pilih dalam makanan. Buaya muda akan memakan kecebong, krustasea, atau serangga sebelum beralih ke ikan, rusa kecil, dan bahkan buaya lainnya.
Dalam studi baru ini, tim merekonstruksi ekologi makanan crocodylomorpha untuk mengidentifikasi karakteristik yang membantu beberapa kelompok bertahan dan berkembang melalui dua kepunahan massal.
Crocodylomorpha selamat dari kepunahan massal akhir periode Triassic (sekitar 201,4 juta tahun lalu) dan kepunahan massal akhir periode Cretaceous (sekitar 66 juta tahun lalu), yang membunuh semua spesies dinosaurus non-unggas.
Selama Periode Triassic Akhir (sekitar 237 hingga 201,4 juta tahun lalu), kelompok evolusi yang lebih luas (yang mencakup crocodylomorph awal dan banyak garis keturunan punah lainnya yang disebut Pseudosuchia) menguasai daratan.
Baca Juga: Pada Dinosaurus Bertubuh Besar, Bagaimana Mereka Mengerami Telurnya?
Crocodylomorph paling awal berukuran kecil hingga sedang dan agak langka di ekosistemnya. Mereka adalah karnivora yang sebagian besar memakan hewan kecil.
Sebagai perbandingan, kelompok pseudosuchia lainnya mendominasi di daratan, memiliki rentang peran ekologis yang lebih luas, dan beragam dalam bentuk dan ukuran tubuh.
Setelah kepunahan massal akhir periode Triassic, tidak ada pseudosuchian non-crocodylomorph yang bertahan hidup meskipun mereka sangat dominan.
Crocodylomorph yang lebih hiper-karnivora (pemakan daging sejati) juga tampak punah. Sementara generalis penghuni daratan bertahan hidup.
Tim peneliti berhipotesis bahwa kemampuan memakan hampir apa saja merupakan penyebab keberhasilan mereka, di saat banyak kelompok lain punah. Namun, sesuatu terjadi selama Periode Cretaceous Akhir yang menyebabkan jumlah crocodylomorph menurun.
Garis keturunan dengan ekologi yang lebih beragam mulai menghilang, bahkan generalis terestrial (hewan darat pemakan segala). Pada peristiwa kepunahan massal akhir Cretaceous, sebagian besar yang selamat adalah generalis semiakuatik (hidup di darat dan air) dan satu kelompok karnivora akuatik (hidup di air). Hampir semua dari 26 buaya saat ini adalah generalis semiakuatik.
Untuk mengetahui apa yang kemungkinan dimakan reptil yang sudah punah ini, tim menganalisis bentuk gigi dan tengkorak mereka yang telah menjadi fosil.
Misalnya, rahang dengan gigi kecil seperti pisau menunjukkan bahwa suatu organisme kemungkinan mengiris dan menusuk daging. Mulut yang lebih mirip lesung dan alu menunjukkan bahwa hewan tersebut mungkin memecah lebih banyak jaringan tanaman.
Bentuk tengkorak juga menunjukkan bagaimana hewan menggerakkan mulutnya, yang memberikan petunjuk lain tentang kebiasaan makan.
Tim peneliti mempelajari tengkorak 99 spesies crocodylomorph yang telah punah dan 20 spesies crocodylian yang masih hidup, untuk membuat kumpulan data fosil yang mencakup 230 juta tahun sejarah evolusi.
Mereka membandingkannya dengan basis data yang telah dibuat sebelumnya tentang non-crocodylian yang masih hidup, termasuk 89 mamalia dan 47 spesies kadal.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat: Mengapa Paus Dimakamkan dalam Tiga Peti?
Sebagai predator penyergap semiakuatik, buaya masa kini terutama memiliki peran ekologis yang sama di berbagai lingkungan.
Mereka juga memiliki pola makan yang sangat fleksibel, yang mungkin merupakan peninggalan dari masa lalu evolusi mereka yang sangat beragam.
Bagi buaya yang terancam punah seperti gharial di kaki bukit Himalaya atau buaya Kuba, fleksibilitas pola makan dapat memberi mereka kesempatan untuk bertahan hidup dalam perjuangan ekologis saat ini yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Tantangan utama bagi spesies yang terancam punah ini adalah perburuan oleh manusia dan hilangnya habitat.
Baca Juga: Dua Spesies Baru Dinosaurus Kecil Berbulu Halus Hidup 125 Juta Tahun Silam
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR