Nationalgeographic.co.id—Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia yang berasal dari Amerika Latin, telah menghembuskan napas terakhir pada Senin (21 April) pagi.
Kabar duka ini seketika memicu gelombang ungkapan belasungkawa dari seluruh penjuru dunia, mengenang sosok Paus yang dikenal luas atas kerendahan hati serta kepeduliannya yang mendalam terhadap kaum miskin dan terpinggirkan.
Kepergiannya terjadi sehari setelah penampilan publik terakhirnya yang penuh makna pada Hari Paskah.
Selama 12 tahun masa kepausannya yang dimulai pada tahun 2013, Paus Fransiskus, yang wafat di usia 88 tahun, telah menandai masa kepemimpinannya dengan berbagai perubahan dan langkah-langkah progresif yang membedakan dirinya dari tradisi yang ada.
Sebagaimana hidupnya, seperti dilansir First Post, upacara pemakamannya pun dipastikan akan mencerminkan keinginan terakhir Paus untuk berbeda dari kebiasaan yang telah berjalan selama berabad-abad, memilih seremoni yang sarat akan kesederhanaan.
Menepis Kemegahan Tradisional
Secara umum, pemakaman seorang Paus merupakan acara kenegaraan dan keagamaan yang sangat megah dan biasanya berlangsung selama beberapa hari penuh.
Menurut laporan dari The Sydney Morning Herald, tradisinya menetapkan bahwa prosesi pemakaman kepausan harus dilaksanakan antara empat hingga enam hari setelah kematian Paus, bertempat di Lapangan Santo Petrus, sebuah plaza luas yang terletak di luar Basilika Santo Petrus di Vatikan.
Langkah awal setelah kematian Paus secara resmi diumumkan oleh Camerlengo, Kardinal Kevin Farrell, adalah penyegelan kediaman pribadi Paus dan dimulainya persiapan pemakaman, sebagaimana dilaporkan Daily Mail.
Selama sembilan hari masa berkabung resmi yang ditetapkan oleh Vatikan, beberapa hari biasanya didedikasikan bagi para pelayat dari seluruh dunia untuk memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Paus yang disemayamkan dalam kondisi terbuka di Basilika Santo Petrus.
Namun, Paus Fransiskus secara aktif telah melakukan penyederhanaan ritus pemakaman kepausan bahkan sejak tahun lalu.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat: Mengapa Paus Dimakamkan dalam Tiga Peti?
Salah satu perubahan signifikan yang ditetapkannya adalah penghapusan penggunaan peti mati yang ditinggikan di Basilika Santo Petrus selama prosesi penghormatan publik.
Sebaliknya, jenazahnya akan ditempatkan dalam sebuah peti mati yang lebih sederhana untuk dilihat oleh publik.
Monsignor Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, seperti dikutip oleh Associated Press (AP) tahun lalu, menjelaskan bahwa penyederhanaan ini memiliki tujuan mulia, yaitu "untuk lebih menekankan bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala dan murid Kristus, bukan seorang penguasa duniawi yang berkuasa."
Lebih lanjut mengenai tempat peristirahatan terakhirnya, Paus Fransiskus juga telah meniadakan penggunaan tiga lapis peti mati yang biasanya terbuat dari kayu cemara, timah, dan kayu ek yang digunakan oleh para Paus pendahulunya.
Laporan dari BBC menyebutkan bahwa jenazah Fransiskus akan ditempatkan dalam peti mati kayu biasa, dan para pelayat dapat memberikan penghormatan terakhir saat jenazahnya berada di dalam peti yang tidak tertutup sepenuhnya.
Berbeda dari tradisi yang selama ini memakamkan para Paus di Grotta Vatikan, ruang bawah tanah yang terletak di bawah Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus telah memilih lokasi peristirahatan terakhirnya sendiri.
Beliau berkeinginan untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma. Ini akan menjadi kali pertama dalam lebih dari satu abad seorang Paus dimakamkan di luar kompleks Vatikan.
Keinginannya yang unik ini, seperti dicatat oleh AP, menunjukkan penghormatan yang sangat besar terhadap ikon Perawan Maria yang sangat ia hormati di sana, yang dikenal sebagai Salus populi Romani (Keselamatan umat Roma).
Analis Vatikan, Katie McGrady, menjelaskan kepada CNN bahwa "Di sanalah Salus Populi Romani, ikon Maria favoritnya, disimpan. Paus Fransiskus biasa mengunjungi ikon Bunda Maria ini sebelum setiap perjalanan dan sekembalinya," menunjukkan kedekatan spiritualnya dengan tempat tersebut.
Paus Fransiskus pertama kali mengungkapkan keinginannya untuk dimakamkan di basilika tersebut pada Desember 2023, secara terbuka menyatakan bahwa ia merasakan "hubungan yang sangat kuat" dengan Santa Maria Maggiore.
Baca Juga: Ritual Apa Saja yang Harus Ditunaikan Setelah Paus Fransiskus Wafat?
"Saya ingin dimakamkan di Santa Maria Maggiore. Karena itu adalah devosi besar saya," ujarnya saat itu.
Christopher White, seorang koresponden Vatikan untuk National Catholic Reporter, menyoroti signifikansi pemilihan lokasi ini kepada The Sydney Morning Herald, menyatakan, "Itu adalah gereja yang sangat dekat dengannya. Dulu ia sering pergi ke sana untuk berdoa selama kunjungannya ke Roma sebelum menjadi Paus."
"Menurut perkiraan saya, sangatlah pantas bahwa pria yang terpilih pada tahun 2013 sebagai orang luar ini memilih untuk dimakamkan di luar Vatikan. Ia tidak suka terikat oleh Vatikan. Ia sering mengatakan bahwa saat bepergianlah ia merasa paling bebas karena ia memandang Vatikan sebagai penjara. Jadi, sangat masuk akal jika ia ingin beristirahat selamanya di suatu tempat di luar tembok Vatikan," lanjut White.
Langkah Selanjutnya
Setelah Paus Fransiskus dimakamkan sesuai dengan keinginannya, perhatian Gereja Katolik sedunia akan segera beralih pada proses penentuan penggantinya.
Sesuai tradisi, Kolegium Kardinal akan segera berkumpul untuk memilih Paus baru dalam sebuah pemilihan yang sangat penting dan sarat sejarah yang dikenal dengan nama konklaf.
Proses pemilihan yang bersifat rahasia ini akan dilaksanakan di dalam Kapel Sistina yang ikonik di Vatikan. Dari total 252 anggota Kolegium Kardinal, sebanyak 138 kardinal yang usianya masih di bawah 80 tahun diperbolehkan untuk memberikan suara dalam konklaf tersebut.
Untuk memilih Paus baru, diperlukan mayoritas suara minimal dua pertiga ditambah satu suara.
Setelah pemilihan selesai dan hasilnya tercapai, kardinal yang terpilih akan ditanya apakah ia menerima jabatan kepausan yang dipercayakan kepadanya dan nama apa yang ingin ia gunakan sebagai nama Paus.
Momen yang paling dinanti dunia adalah ketika seorang pejabat kemudian akan membakar surat suara dengan menggunakan bahan kimia khusus.
Asap yang keluar dari cerobong kapel berwarna putih akan menjadi tanda universal yang mengumumkan kepada dunia bahwa seorang Paus baru telah terpilih dan akan segera diumumkan.
Paus yang baru terpilih kemudian akan melakukan penampilan publik pertamanya dari balkon tengah Basilika Santo Petrus untuk memberikan berkat perdananya kepada seluruh dunia.
KOMENTAR