Wilayah tenggara Amerika Serikat menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari pertahanan pesisir alami ini, mengingat tingginya frekuensi badai dan kepadatan populasi pesisirnya yang signifikan.
Sebuah analisis pada tahun 2019 mengenai kerusakan properti dan kerugian ekonomi terkait badai di Florida dalam skenario "dengan mangrove" dan "tanpa mangrove" menemukan bahwa properti yang berada di belakang hutan mangrove mengalami kerusakan akibat banjir 25,5% lebih sedikit dibandingkan properti yang tidak terlindungi.
Properti yang terlindungi oleh mangrove selama Badai Irma yang dahsyat pada tahun 2017 berhasil menghindari kerugian akibat banjir gelombang badai senilai AS$1,5 miliar.
Habitat Vital bagi Flora dan Fauna
Lebih dari 1.500 spesies tumbuhan dan hewan sangat bergantung pada ekosistem mangrove untuk mendapatkan habitat, sumber makanan, dan perlindungan dari predator. Angka ini termasuk lebih dari 200 spesies yang saat ini berstatus terancam punah, seperti bekantan yang terancam punah dan Finch Mangrove yang statusnya sangat terancam punah.
Finch Mangrove, salah satu spesies burung finch yang terkenal dipelajari oleh Charles Darwin, memiliki total populasi hanya sekitar 100 individu; seluruh populasi Finch Mangrove yang tersisa di dunia saat ini hanya ditemukan di hutan mangrove di satu pulau tertentu di Kepulauan Galapagos.
Upaya Konservasi
Aksi global untuk melestarikan dan memulihkan hutan mangrove semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework, yang diadopsi oleh 196 negara pada tahun 2022, mencakup janji penting untuk memastikan bahwa minimal 30% dari area ekosistem pesisir yang terdegradasi berada di bawah restorasi yang efektif pada tahun 2030.
Laporan Penilaian terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) secara tegas mencantumkan perlindungan dan restorasi ekosistem karbon biru, termasuk mangrove, sebagai tindakan penting untuk meningkatkan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global.
Selain itu, Global Mangrove Alliance, sebuah aliansi yang terdiri dari organisasi nirlaba lingkungan utama, telah menyerukan target ambisius untuk menggandakan jumlah hutan mangrove yang dilindungi, dari 40% menjadi 80% dari total area yang tersisa, pada tahun 2030.
World Wildlife Fund meluncurkan inisiatif "Mangroves for Community and Climate" pada tahun 2018 dengan tujuan melindungi, memulihkan, dan memperkuat pengelolaan seluas 2,47 juta hektar hutan mangrove di empat negara: Meksiko, Madagaskar, Fiji, dan Kolombia. Proyek berskala besar ini bertujuan untuk mengamankan penyimpanan 2 miliar ton karbon dan melindungi 300.000 orang dari dampak badai dan erosi pesisir.
Upaya restorasi mangrove juga telah berhasil diselesaikan dengan fokus pada tingkat lokal. Antara tahun 2021 dan 2023, Komisi Margasatwa dan Perikanan Florida, Departemen Perlindungan Lingkungan Florida, dan pemerintah kota Marco Island menyelesaikan proyek restorasi mangrove terbesar dalam sejarah Florida.
Proyek ini berhasil memulihkan 200 hektar hutan mangrove dan membuka kembali lahan basah yang sangat penting bagi ikan dan satwa liar di Cagar Alam Estuari Nasional Rookery Bay.
Baca Juga: Krill, Makhluk Mini yang Sanggup Simpan Karbon Sebanyak Lamun dan Mangrove
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR