Studi tambahan yang terbit pada Agustus bahkan menegaskan bahwa manusia kecil telah hidup di Flores sejak 700.000 tahun silam.
Penemuan tambahan fosil Homo floresiensis telah menjadi kunci penting dalam mengungkap identitas manusia purba ini. Seperti halnya Teuku Jacob, beberapa pakar lainnya sempat mengusulkan bahwa tulang-belulang dari Liang Bua sebenarnya milik manusia modern yang mengalami kondisi medis tertentu—seperti mikrosefali atau sindrom Down—yang menyebabkan ukuran tubuh dan bentuk tengkorak yang kecil serta tidak biasa.
Namun, kerangka-kerangka dari berbagai individu H. floresiensis ternyata menunjukkan ciri-ciri anatomi yang sangat konsisten. Ini merupakan indikator kuat bahwa mereka bukan hasil dari kelainan atau cedera, melainkan benar-benar mewakili spesies manusia yang berbeda.
Meski demikian, para antropolog masih terus dibuat penasaran oleh dua pertanyaan besar: bagaimana nenek moyang H. floresiensis bisa sampai ke pulau Flores, dan di mana tepatnya posisi mereka dalam pohon evolusi manusia.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR