Perjalanan melalui gurun dilakukan pada malam hari untuk menghindari panas yang menyengat. Rute tersebut melewati garnisun militer yang ditempatkan di sepanjang jalan. Garnisun menjadi tempat kafilah dapat menimbun air dan makanan sebelum melanjutkan perjalanan.
Pelabuhan Laut Merah yang paling sibuk adalah Myos Hormos (Quseir al-Qadim). Myos Hormos berjarak sekitar 160 km (lima atau enam hari perjalanan) di sebelah timur Koptos. Selain itu, ada pelabuhan Berenice yang berjarak 400 km (12 hari perjalanan) di sebelah selatan.
Kafilah pedagang dari Yunani, Mesir, dan Arab berkumpul di pelabuhan-pelabuhan tersebut. Mereka menerima kiriman gading, mutiara, kayu hitam, kayu cendana, sutra Cina, dan rempah-rempah dari India. Pedagang tersebut mengirim kapal-kapal itu kembali ke India dengan membawa anggur dan barang-barang Barat lainnya.
Selama pemerintahan Romawi, lalu lintasnya sangat padat. Hingga 120 kapal berlayar setiap tahun ke India dari Myos Hormos saja. Hal tersebut merupakan peningkatan yang sangat besar dari situasi di bawah pemerintahan Ptolemeus. Pasalnya, hanya beberapa penjelajah pemberani, seperti Eudoxus dari Cyzicus, yang berani melakukan penyeberangan.
Laut Merah ke Samudra Hindia
Para pedagang Samudra Hindia yang berasal dari pertengahan abad pertama Masehi memiliki sebuah buku pegangan. Buku itu dikenal sebagai Periplus Maris Erythraei. Buku tersebut menyebutkan pelabuhan-pelabuhan utama India tempat kapal-kapal ini tiba.
Ada pelabuhan Barygaza (sekarang Bharuch) di Gujarat; Muziris, yang diyakini oleh banyak cendekiawan berada di lokasi Pattanam di Kerala; dan Poduke (sekarang Arikamedu) di Puducherry. Para raja telah menarik banyak penjelajah ke pelabuhan-pelabuhan ini. Selain itu, ada juga para pedagang, musisi, selir, intelektual, dan pendeta yang memadati jalan-jalan.
Di Muziris, misalnya, terdapat begitu banyak orang asing. Mereka bahkan mendirikan sebuah kuil yang didedikasikan untuk kaisar Romawi pertama, Augustus.
Seorang cendekiawan muda dari Alexandria kini dapat memutuskan untuk memulai perjalanan penuh petualangan melintasi Samudra Hindia. Jadi, ia tidak perlu melakukan pelayaran biasa di Sungai Nil.
Namun, hanya sedikit pengelana yang menjelajah ke luar India. Periplus Maris Erythraei menegaskan bahwa sutra berasal dari Tiongkok. Sutra dibawa melalui darat melalui Himalaya ke pelabuhan Barygaza di India.
Orang Tiongkok dikenal sebagai Seres (orang sutra), tetapi sangat sedikit pengelana yang pernah melihat orang Tiongkok. Beberapa orang bahkan mengira orang Tiongkok bermata biru dan berambut pirang. Mereka mungkin mengira orang Tiongkok adalah para perantara berwajah Kaukasia yang berdagang dengan orang Tiongkok di Afghanistan.
Banyak orang Romawi, yang tidak tahu apa-apa tentang ulat sutra, percaya bahwa sutra Tiongkok adalah sejenis serat tanaman. Penyair Virgil menulis dalam The Georgics tentang sutra yang dipanen. Ia menggambarkannya seolah-olah hasil panennya berupa bulu halus yang dihasilkan oleh pohon.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR