Nationalgeographic.co.id—Setelah kepunahan massal yang menghancurkan sebagian besar kehidupan di Bumi sekitar 66 juta tahun lalu, termasuk dinosaurus non-unggas yang ikonik, kelompok kecil dinosaurus berbulu selamat dan kemudian mengalami ledakan evolusi yang luar biasa.
Dalam rentang waktu yang relatif singkat secara geologis, mereka bercabang menjadi keanekaragaman spesies burung modern yang spektakuler, mencakup lebih dari 10.000 jenis dengan bentuk, ukuran, dan perilaku yang sangat beragam.
Namun, memahami secara pasti bagaimana garis keturunan burung modern ini berevolusi dari nenek moyang dinosaurus purba mereka dan bagaimana mereka mencapai keanekaragaman hayati yang luar biasa ini telah menjadi teka-teki yang membingungkan para ahli biologi selama berabad-abad.
Detail molekuler dari proses evolusi yang cepat ini hampir tidak diketahui, meninggalkan banyak pertanyaan terbuka tentang pohon keluarga burung.
Di tengah misteri evolusi unggas ini, pertanyaan mendasar sering muncul di benak banyak orang: apakah ayam keturunan dinosaurus? Penelitian genom terbaru mulai memberikan jawaban yang menarik dan mengejutkan.
Riset mutakhir yang dilakukan oleh tim ilmuwan di School of Biosciences, University of Kent, di bawah kepemimpinan Profesor Darren Griffin, telah mengungkap temuan penting mengenai jalur evolusi salah satu burung paling umum di dunia: ayam.
Studi yang dilakukan pada 2014 ini, yang merupakan bagian dari upaya kolaboratif yang jauh lebih besar oleh konsorsium ilmuwan terkemuka global, Avian Phylogenomics Consortium, yang telah berjalan selama empat tahun terakhir, menelusuri kembali sejarah genom burung untuk mengungkap detail evolusi spesies.
Temuan utama dari penelitian di Kent ini sangat mencolok: genom pada garis keturunan ayam dan kalkun ternyata mengalami jumlah perubahan yang paling sedikit dibandingkan dengan jenis burung lain yang diteliti.
Ini berarti, secara mengejutkan, pola kromosom ayam dan kalkun paling mirip dengan struktur genom nenek moyang burung purba mereka, yang diyakini sebagai dinosaurus berbulu.
Profesor Griffin menjelaskan bahwa salah satu ciri khas genom burung adalah keberadaan sejumlah besar mikrokromosom kecil. Paket-paket materi genetik yang padat dan kaya gen ini, menurutnya, diperkirakan sudah ada pada nenek moyang dinosaurus yang menjadi leluhur burung.
Tim peneliti menemukan bahwa ayam, di antara semua spesies yang dianalisis, memiliki pola keseluruhan kromosom yang paling erat menyerupai nenek moyang dinosaurus burung tersebut.
Baca Juga: Muntahan dan Tahi Dinosaurus Ungkap Bagaimana Mereka Menguasai Bumi
Implikasinya, seperti dilansir laman resmi University of Kent, ayam secara genetik "berubah" paling sedikit dari nenek moyang dinosaurusnya dibandingkan banyak burung modern lainnya.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, penelitian yang dipublikasikan melibatkan analisis mendalam terhadap struktur genom utuh pada beberapa spesies kunci burung modern, termasuk ayam, kalkun, bebek pekin, zebra finch, dan budgerigar.
Profesor Griffin bersama para pemimpin tim peneliti lainnya – Dr. Michael Romanov dari University of Kent, serta Dr. Denis Larkin dan Dr. Marta Farré dari Royal Veterinary College, University of London – secara cermat mempelajari data dari total 21 genom burung dan satu spesies reptil sebagai pembanding.
Dari jumlah tersebut, tim secara khusus memfokuskan analisis pada enam genom yang paling lengkap untuk merekonstruksi kariotipe, yaitu profil terorganisir dari semua kromosom, dari nenek moyang dinosaurus yang menjadi leluhur burung.
Perbandingan ini juga mengungkapkan sisi lain dari spektrum evolusi genomik. Para peneliti menemukan bahwa tingkat perubahan genomik tercepat terjadi pada zebra finch dan budgerigar.
Temuan ini sangat konsisten dengan pemahaman tentang peristiwa spesiasi yang lebih cepat dan dinamis yang terjadi pada kelompok burung penyanyi dan kerabat dekat mereka dibandingkan dengan garis keturunan unggas seperti ayam dan kalkun.
Hasil penelitian yang signifikan ini, yang menyoroti bagaimana garis keturunan ayam menunjukkan kemiripan paling besar dengan nenek moyang burung dinosaurus dalam hal struktur genomik, telah dipublikasikan dalam jurnal akses terbuka terkemuka, BMC Genomics.
Makalah tersebut berjudul lengkap "Reconstruction of ancestral avian genome structure, organization, and evolution".
Studi ini memberikan wawasan molekuler yang kritis tentang bagaimana keanekaragaman burung modern terbentuk dan menegaskan posisi unik ayam dalam pohon keluarga evolusi unggas, menunjukkan bahwa mereka memang mempertahankan cetak biru genomik yang sangat kuno dari era dinosaurus.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR