Melihat ketenangan pertapa, Siddhartha terinspirasi untuk mengikuti jalan spiritual, melepaskan keterikatan pada dunia ilusi.
Meskipun kisah Empat Pertanda ini sering dikritik karena dianggap tidak realistis (bagaimana mungkin seseorang tidak pernah melihat penderitaan selama 29 tahun?), para sarjana melihatnya sebagai simbolis, mewakili kondisi penderitaan.
Sebagian juga berpendapat kisah ini mungkin dikembangkan di kemudian hari (muncul dalam Lalitavistara Sutra sekitar abad ke-3 M, lebih dari 100 tahun setelah wafatnya Buddha) untuk memberikan Buddhisme asal-usul yang kuat, sebanding dengan agama-agama yang lebih tua.
Terlepas dari asal-usulnya, kisah ini telah diterima sebagai kebenaran yang mengajarkan realitas penderitaan.
Pencarian Pertapa dan Pencerahan Sempurna
Setelah meninggalkan istana pada usia 29, Siddhartha memulai pencariannya. Ia belajar dari guru-guru ternama seperti Arada Kalama dan Udraka Ramaputra, menguasai ajaran mereka, namun tetap tidak menemukan kebebasan dari penderitaan.
Ia kemudian mencoba praktik pertapaan ekstrem, bahkan konon hanya makan sebutir nasi sehari, namun ini pun gagal membawanya pada pencerahan.
Setelah menyadari bahwa ekstremisme tidak efektif, ia mengakhiri pertapaannya yang keras. Dalam versi populer, ia menerima susu nasi dari seorang gadis bernama Sujata, yang mengembalikan kekuatannya.
Ia kemudian pergi ke Bodh Gaya, duduk di bawah Pohon Bodhi, dan bersumpah untuk tidak beranjak sebelum memahami cara hidup tanpa penderitaan.
Dalam meditasi mendalam, Siddhartha akhirnya mencapai pencerahan. Ia memahami bahwa penderitaan (duhkha) muncul dari keterikatan manusia pada hal-hal yang bersifat sementara di dunia yang terus berubah.
Menyadari bahwa hidup itu sendiri adalah perubahan konstan, dan berpegang teguh pada apa pun dengan keyakinan akan permanensinya adalah sumber penderitaan. Dengan pemahaman sempurna ini, Siddhartha Gautama menjadi Buddha, "Yang Terbangun" atau "Yang Tercerahkan".
Baca Juga: Asal-usul Patung Buddha Leshan: Dibuat untuk Menenangkan Dewa Sungai
KOMENTAR