Nationalgeographic.co.id—Di balik hamparan tanah tandus di Argentina, jejak masa lalu yang telah terkubur jutaan tahun perlahan terungkap. Temuan ini bukan sekadar fosil biasa, melainkan potongan cerita terakhir dari kelompok dinosaurus raksasa yang pernah menguasai Bumi. Penemuan luar biasa ini membawa kita lebih dekat pada bab penutup kehidupan salah satu spesies sauropoda yang mengesankan.
Para peneliti berhasil mengidentifikasi spesies sauropoda yang diyakini sebagai yang terbesar dari jenisnya, sekaligus termasuk salah satu anggota terakhir dalam garis keturunannya yang masih hidup pada masanya.
Fosil-fosil spesies ini pertama kali ditemukan oleh para paleontolog pada 2012 di Formasi Huincul, wilayah Provinsi Neuquén, Argentina. Butuh waktu bertahun-tahun dan beberapa kali penggalian untuk mengangkat bagian-bagian tubuh dinosaurus raksasa ini, yang ternyata berasal dari empat individu berbeda. Setelah melalui proses penelitian yang mendalam, spesies ini resmi dinamai Sidersaura marae.
Kajian Lucas Nicolás Lerzo dan timnya itu berjudul "The last of the oldies: a basal rebbachisaurid (Sauropoda, Diplodocoidea) from the early Late Cretaceous (Cenomanian–Turonian) of Patagonia, Argentina" yang terbit di jurnal Historical Biology
Hewan-hewan yang baru ditemukan ini kemungkinan mati di sebuah area berlumpur dekat sungai, dan meskipun beberapa tulangnya berpindah akibat aktivitas bangkai dan air, banyak tulang yang tetap terawetkan.
Salah satu individu sauropoda yang baru ditemukan ini ditemukan terbaring di sebelah fosil Meraxes gigas, dinosaurus karnivora raksasa yang dikenalkan kepada dunia pada 2022. Sementara itu, tiga individu lainnya ditemukan dalam jarak sekitar 20 meter dari lokasi tersebut.
Fosil Sidersaura marae diperkirakan berumur antara 93 hingga 96 juta tahun, berasal dari awal periode Kapur Akhir (100,5 hingga 66 juta tahun lalu) — era terakhir kehidupan dinosaurus sebelum kehancuran massal akibat hantaman asteroid yang memusnahkan semua dinosaurus non-unggas.
Sauropoda baru ini memiliki panjang tubuh hingga 20 meter (65 kaki) dan bobot sekitar 16,5 ton (15 metrik ton). Walaupun terdapat spesies dinosaurus lain yang ukurannya lebih besar, S. marae termasuk dalam keluarga rebbachisaurid — kelompok sauropoda yang umumnya hanya berbobot sekitar 9 metrik ton (10 ton). Fakta ini memunculkan pertanyaan baru mengenai bagaimana spesies ini mampu mencapai ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan kerabat-kerabatnya.
"Penemuan ini membuka jalan untuk penelitian dan studi baru guna mempelajari bagaimana hewan-hewan ini bisa mencapai ukuran yang sangat besar," kata penulis utama studi, Lucas Nicolás Lerzo, seperti dikutip dari laman Live Science.
Rebbachisauridae adalah keluarga sauropoda yang memiliki wajah mirip bebek dan memakan tumbuhan yang dekat dengan tanah, menurut pernyataan yang dirilis oleh Argentine National Scientific and Technical Research Council (CONICET).
Baca Juga: Studi Baru Ungkap Kemungkinan Lokasi Jejak Dinosaurus Pertama
Lerzo mulai mempelajari tulang-tulang tersebut 2017 dan menemukan banyak ciri yang membedakannya dari rebbachisaurid lainnya. Beberapa perbedaan tersebut terkait dengan ukuran besar spesies baru ini. Misalnya, anggota belakang S. marae jauh lebih kuat daripada kerabatnya, kemungkinan untuk menahan beban yang lebih berat.
Nama Sidersaura marae diberikan oleh para peneliti berdasarkan bentuk lengkung haemalnya — struktur tulang pada bagian ekor — yang memiliki tampilan menyerupai bintang yang tak biasa. Nama Sidersaura sendiri merupakan gabungan dari kata Latin “sider” yang berarti bintang, dan kata Yunani “saura” yang berarti kadal atau reptil.
Lerzo bersama timnya juga menyelidiki hubungan evolusioner antara spesies baru ini dengan anggota lain dari keluarga rebbachisaurid. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa S. marae memiliki kekerabatan lebih dekat dengan anggota-anggota rebbachisaurid yang lebih tua dari periode Kapur Awal, ketimbang dengan rebbachisaurid lain yang hidup pada masa Kapur Akhir.
Penemuan ini memberikan pemahaman baru tentang evolusi keluarga rebbachisaurid tepat saat masa mereka hampir berakhir. Rebbachisauridae punah sekitar 90 juta tahun lalu, sehingga S. marae termasuk di antara yang terakhir berjalan di Bumi. "Ini adalah bentuk terakhir dari kelompok tersebut," kata Lerzo.
Penemuan Sidersaura marae bukan hanya menambah daftar panjang spesies dinosaurus yang pernah hidup di Bumi, tetapi juga mengungkap narasi akhir dari salah satu garis keturunan sauropoda yang hampir terlupakan.
Lewat fosil-fosil ini, kita diajak menyelami masa lampau dan memahami lebih jauh dinamika evolusi di penghujung era dinosaurus. Dalam setiap tulang yang membatu, tersimpan cerita tentang ketahanan hidup, perubahan iklim purba, dan bagaimana kehidupan raksasa ini perlahan memudar.
Dunia mungkin telah kehilangan para raksasa ini jutaan tahun lalu, tetapi lewat sains dan dedikasi para peneliti, warisan mereka tetap hidup untuk diceritakan kepada generasi mendatang.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science,Historical Biology |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR