Bagaimana ia bisa menyesuaikan kehidupan doa dan kesendiriannya dengan pengunjung yang terus-menerus?
“Para staf, bukan para biksu, yang harus berurusan dengan orang-orang,” katanya, sambil menatap ke arah sekelompok kecil yang baru saja tiba. “Kami sering kali mengurung diri di dalam kamar.”
Fotios telah berada di Agios Nikolaos selama 6 tahun, dan telah menghabiskan 11 tahun sebagai seorang biarawan. Ia adalah salah satu dari hampir 90 pria dan wanita yang tersebar di 12 biara dan biarawati di Meteora dan distrik sekitarnya.
Banyak dari para calon anggota baru berpendidikan universitas; beberapa adalah mantan dokter, guru, pengacara. Namun, ini bukanlah jeda karier yang aneh: sumpah kemiskinan harus diucapkan; keluarga dijauhi.
“Setiap hari kita harus berjuang dan melawan keinginan kita. Hadiah terbesar adalah membebaskan diri kita dari kesenangan,” Fotios menjelaskan.
Di belakangnya terdapat lukisan dinding abad ke-14 yang memudar di kapel biara. Sinar matahari yang lembut menyaring melalui jendela persegi panjang yang ramping, memantulkan piala berhias dan pembakar dupa. Di luar, langit tak berawan membingkai salah satu pemandangan paling menarik di dunia.
Tampaknya, butuh pengendalian diri yang heroik untuk tidak menemukan kesenangan dalam keindahan yang begitu banyak. Dan dalam hal itu, bagi penghuni maupun pengikutnya, mungkin Meteora adalah tempat ujian yang sempurna.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR