Seiring berjalannya waktu, Saritem yang menjalankan upayanya itu lebih dikenal sebagai prostitusi. Tak hanya serdadu, para lelaki dari berbagai elemen sosial dan berduit dapat "mencicipinya."
Lama-kelamaan, upayanya berbuah menjadi uang. Usahanya menjadi geliat ekonomi kelam di Bandung. Maka dari sana, Saritem lebih dikenal sebagai "tokoh penting" di balik maraknya bisnis prostitusi di Bandung. Miris.
Lain cerita dengan gubahan dari seorang wartawan bernama Aan Merdeka. Aan, seorang jurnalis kenamaan, pernah menggubah tentang Saritem dalam bukunya. Dalam tulisannya itu, Nyai Saritem digambarkan sebagai sosok yang berjasa.
Aan Merdeka menyebut jika pada saat Saritem diminta menjadi seorang nyai di Bandung, di rumah Peter van de Hood, prostitusi sudah marak di Bandung.
Selama menjadi gundik, berita tentang prostitusi di sana telah sampailah pada telinga Saritem. Sebagai salah satu wanita bangsawan, Saritem menyayangkan dengan kehadiran bisnis lendir di Bandung.
Lebih-lebih, banyak dari kalangan Eropa hingga pribumi yang terjerat penyakit berjangkit dari hasil hubungan kotor dengan para lacur. Tapi, bukan hal itu saja yang bersarang dan mengganggu perasaan Saritem.
Nyai Saritem memikirkan tentang harkat martabat seorang perempuan kala itu. Kehidupan miskin yang melanda, kelaparan yang menderu-deru menerjang masyarakat kecil yang tak punya harta benda, mendorong perempuan melakukan apa pun demi menyambung hidup.
Keprihatinan yang mendalam ini, membuat Nyai Saritem berinisiasi membantu para perempuan untuk keluar dari jurang kehinaan mereka. Perempuan di zamannya sebagai pemuas nafsu lelaki belaka.
Nyai Saritem meminta kepada tuannya, untuk melapor kepada Pemerintah Kolonial agar menutup dan mengubah sistem dari prostitusi yang ada di Bandung selayaknya biro jodoh.
Polisi yang ditugaskan langsung berangkat dan menutup prostitusi itu, sekaligus memberi penegasan kepada para lelaki yang membutuhkan perempuan sebagai pemuas nafsu, mereka harus menjemputnya untuk dinikahkan secara resmi.
Maka, secara galib yang benar terjadi dalam kisah-kisah masa lewat, masih belum bisa diketahui. Hanya saja, dua wajah Nyai Saritem telah memberi pandangan kepada khalayak tentang adanya sejarah yang kontroversial melingkupi nama Saritem.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | jurnal SALINGKA |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR