Nationalgeographic.com—Dinosaurus telah punah selama jutaan tahun. Namun, informasi seputar dinosaurus terus menarik minat banyak orang.
Dan tahukah Anda jika dinousaurus dan manusia memiliki satu kesamaan? Apa kesamaan manusia dengan dinosaurus yang menginjak-injak hutan purba? Ternyata keduanya mungkin memiliki dampak yang mengejutkan pada ukuran biji buah yang tumbuh di sekitar mereka.
Para peneliti memetakan evolusi ukuran biji ke evolusi hewan darat. Mereka mengamati bahwa ketika hewan darat bertambah besar, demikian pula biji buah—dengan beberapa pengecualian yang sangat besar.
Sebuah studi terbaru diterbitkan dalam Palaeontology bertajuk “Ecosystem engineering alter the evolution of seeds by impacting fertility and the understory light environment”.
Studi tersebut menggambarkan bagaimana megafauna raksasa seperti dinosaurus mengendalikan atau mengekang pertumbuhan ukuran biji dengan mengubah ekosistem secara fisik. Hal tersebut juga memengaruhi tingkat cahaya hutan. “Saat ini peran tersebut mungkin diisi oleh spesies yang jauh lebih kecil: manusia,” tulis Gayoung Lee di laman Scientific American.
“Gagasan bahwa hewan darat dapat mengubah lingkungan mereka cukup jelas dan didukung dengan baik dalam berbagai skala,” jelas Clive G. Jones. Jones adalah seorang ahli ekologi di Cary Institute of Ecosystem Studies di Millbrook. Misalnya, gajah sabana merobohkan pohon dan mencabik semak-semak, mengubah lanskap tanaman. Namun, pengaruh gajah ini pun kecil jika dibandingkan dengan makhluk prasejarah.
Model baru para peneliti menunjukkan dinosaurus menyebabkan tingkat kerusakan yang menekan kecenderungan evolusioner benih untuk tumbuh lebih besar. Hal ini diungkap oleh penulis utama studi Christopher E. Doughty. Doughty adalah seorang ilmuwan sistem bumi di Northern Arizona University.
“Benih yang lebih besar cenderung menarik hewan yang lebih besar untuk disebarkan dan menumbuhkan tanaman yang lebih tinggi,” jelas Doughty. Kedua faktor tersebut dapat memberi tanaman akses yang lebih baik ke sinar matahari dalam kondisi yang padat. Namun, hal ini umumnya tidak terjadi ketika dinosaurus besar yang lamban merobohkan banyak hal, membuka lingkungan dan menipiskan hutan.
Setelah dinosaurus punah, lapisan bawah hutan menjadi sekitar 20 persen lebih gelap. Perubahan ini “mengatur ulang kondisi” bagi tumbuhan dan hewan lainnya, tambah Doughty.
“Dan selama waktu ini kanopi menjadi lebih tertutup,” kata Brian Atkinson. Atkinson merupakan seorang paleobotanis Kansas University yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. Pertumbuhan ini akan memberikan tekanan evolusi pada benih untuk tumbuh lebih besar lagi, kata Atkinson, yang juga tercermin dalam data fosil. Penurunan lain dalam ukuran benih terjadi dengan munculnya mamalia raksasa awal dan berlanjut hingga punah.
Meskipun jauh dari ukuran megafauna, pengaruh manusia terhadap hutan—terutama melalui penebangan—menyerupai raksasa yang telah lama punah itu, kata Doughty. Jika kita terus seperti ini, pengaruh kita terhadap benih buah mungkin suatu hari nanti menyaingi dinosaurus.
Baca Juga: Mendominasi Bumi selama Jutaan Tahun, dari Mana Dinosaurus Berasal?
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR