Kerincingan tersebut diisi dengan kerikil atau pelet tanah liat kecil, untuk membuat suara saat diguncang. Jadi, mirip dengan beberapa mainan bayi modern. Dan oleh karena itu penulis menyarankan bahwa mainan tersebut dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak kecil.
Beberapa arkeolog mengusulkan bahwa kerincingan tersebut bersifat “apotropaic”. Apotropaic magic adalah sebuah jenis sihir yang ditujukan untuk melawan pengaruh jahat atau buruk, menghindari kesialan atau mencegah kena mata. Artinya, suara yang dihasilkannya dirancang untuk mengusir roh jahat. Atau bahwa mainan tersebut digunakan sebagai alat musik.
Penulis utama penelitian, arkeolog Georges Mouamar dari National Museum of Denmark, melakukan eksperimen dengan kerincingan dari Al-Zalaqiyat. Ia memutuskan bahwa mainan tersebut terlalu kecil untuk menghasilkan banyak suara.
“Kerincingan itu hanya mengeluarkan suara kecil sekali,” kata Hald. “Karena itu, tidak akan terlalu menghibur sebagai alat musik.”
Fragmen Hama juga ditemukan di tempat yang dulunya merupakan lingkungan rumah tangga, bukan di kuil atau tempat pemakaman. Fakta ini memperkuat gagasan bahwa benda-benda itu digunakan oleh anak-anak, kata Hald.
Barang-barang profesional
Analisis juga menentukan bahwa fragmen Hama dibuat dari campuran tanah liat yang sama dengan tembikar komersial dari kota kuno. Hal ini menyiratkan bahwa kerincingan itu dibuat oleh pembuat tembikar profesional untuk dijual di pasar jalanan kepada orang tua.
Kerincingan Hama tampaknya dibuat dengan baik. “Memiliki desain rumit dalam glasir tembikar. Sehingga mendukung gagasan bahwa benda-benda itu dibuat oleh para profesional,” jelas Hald.
Hama adalah pusat regional selama Zaman Perunggu Awal. Sehingga kerincingan itu mungkin diproduksi secara massal di sana untuk dijual di tempat lain.
Jenis kerincingan lain telah ditemukan di bagian lain Suriah dan Timur Tengah. Kerincingan berbentuk seperti binatang, misalnya, sering ditemukan di Suriah utara. Dan kemungkinan besar pembuat tembikar lokal membuatnya dengan gaya yang populer di daerah setempat.
Menimbulkan sedikit suara saja
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR