Studi baru ini telah memicu perdebatan di antara para ahli. Mereka mempertanyakan apakah kerincingan Hama dan kerincingan sejenisnya memiliki tujuan ritual atau bermain.
Arkeolog Elynn Gorris dari Belgium’s University of Louvain berpendapat bahwa kerincingan Hama memang berukuran kecil. Namun menurutnya, itu terlalu besar dan berat untuk dipegang bayi. Meski demikian, ia mengakui bahwa kerincingan tersebut cocok untuk balita.
Gorris mencatat bahwa kerincingan serupa telah ditemukan di situs arkeologi di Amerika. Termasuk kerincingan serupa dari California yang mungkin berusia hingga 1.000 tahun. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kerincingan tersebut digunakan secara tradisional dalam ritual dan untuk membuat musik. Seperti yang masih dilakukan hingga saat ini.
“Namun, ini bukan tentang benar atau salah—ini adalah kisah yang inklusif,” katanya. “Kerincingan ini dapat digunakan oleh balita. Namun tidak mengesampingkan fakta bahwa kerincingan tersebut dapat menjadi instrumen perkusi. Tujuannya adalah untuk menjaga ritme bagi orang dewasa, untuk lagu pengantar tidur, atau untuk lagu ritual.”
Arkeolog Kristine Garroway adalah profesor di Hebrew Union College-Jewish Institute of Religion di Los Angeles. Ia berpikir kerincingan tersebut mungkin memiliki “kegunaan ganda”. Pertama sebagai alat apotropaic untuk menakut-nakuti roh jahat agar meninggalkan rumah. Dan kemudian sebagai alat pembuat suara untuk menghibur anak-anak kecil.
“Kerincingan ini dapat digunakan dalam berbagai cara,” kata Garroway.
Anak-anak dalam arkeologi
Jika kerincingan tersebut adalah mainan bayi atau balita, maka mainan tersebut merupakan salah satu mainan tertua yang masih ada.
Fakta bahwa para peneliti tersebut berpikir tentang anak-anak kuno itu penting. Anak-anak sering kali diabaikan dalam catatan arkeologi. Jadi, untuk berhenti sejenak dan berpikir bahwa anak-anak mungkin telah menggunakan benda-benda ini sungguh menakjubkan.
Bagi Hald, semua bukti menunjukkan bahwa mainan kerincingan Hama dirancang untuk menghibur anak-anak kecil.
“Dulu, orang tua menyayangi anak-anak mereka, sama seperti kita sekarang,” katanya. “Namun, mungkin orang tua juga perlu mengalihkan perhatian anak-anak mereka sesekali agar mereka bisa merasa tenang dan damai. Sekarang, kita menggunakan gawai, dulu mainan kerincingan.”
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR