Nationalgeographic.co.id—Setiap dinosaurus yang pernah hidup selama Era Mesozoikum menetas dari telur. Terkubur jauh di masa lampau, masih banyak yang belum kita ketahui tentang telur dinosaurus. Namun kita telah belajar cukup banyak dari catatan fosil.
Catatan fosil menunjukkan, misalnya, bahwa telur dinosaurus diletakkan dalam kelompok besar. Kemungkinan karena sangat sedikit telur yang berhasil bertahan hidup dari rahang predator.
Lewat catatan fosil, para ahli paleontologi berhasil mengungkap sejumlah fakta unik seputar telur dinosaurus.
Dinosaurus betina meletakkan beberapa telur pada waktu yang sama
Dinosaurus betina bertelur mulai dari segenggam (3 hingga 5) hingga segerombolan telur (15 hingga 20) dalam sekali bertelur. Jumlah telurnya tergantung pada genus dan spesiesnya. Telur yang baru menetas dari hewan ovipar (bertelur) mengalami sebagian besar perkembangannya di luar tubuh induknya.
Dari perspektif evolusi, telur “lebih murah” dan tidak terlalu sulit dibandingkan telur yang lahir hidup. Jadi, tidak banyak usaha ekstra yang diperlukan untuk bertelur beberapa kali dalam satu waktu.
Hanya beberapa fosil telur dinosaurus yang mengandung embrio
Apakah fosil telur dinosaurus yang ditemukan oleh para paleontologi masih mengandung embrio? Bayangkan jika telur dinosaurus yang belum menetas berhasil lolos dari perhatian predator dan berakhir terkubur di sedimen. Meski tidak dimangsa predator, proses mikroskopis akan dengan cepat menghancurkan embrio di dalamnya. Misalnya, bakteri kecil dapat dengan mudah menembus cangkang berpori dan memakan isinya.
Karena alasan di atas, embrio dinosaurus yang terawetnya sangat langka. Spesimen yang paling banyak dibuktikan adalah milik Massospondylus, prosauropod dari periode Trias akhir.
Telur dinosaurus yang telah memfosil sangat langka
Miliaran dinosaurus berkeliaran di Bumi selama Era Mesozoikum, dan dinosaurus betina bertelur hingga triliunan telur. Jika dihitung-hitung, Anda mungkin mengira ada banyak telur dinosaurus yang telah memfosil. Bandingkan dengan kerangka dinosaurus yang telah memfosil. “Tapi yang terjadi justru sebaliknya,” tulis Bob Stauss di laman Thoughtco.
Baca Juga: Punya Tubuh Raksasa, Mengapa Telur Titanosaurus Sangat Kecil?
Berkat keanehan pemangsaan dan pelestarian, selalu menjadi berita besar ketika ahli paleontologi menemukan sekumpulan telur dinosaurus.
Jika Anda berpikir telah menemukan telur dinosaurus, Anda mungkin salah
Apakah Anda yakin telah menemukan telur dinosaurus yang utuh dan membatu di halaman belakang rumah Anda? Anda akan kesulitan menyampaikan pendapat Anda ke museum sejarah alam jika tidak ada dinosaurus yang pernah ditemukan di sekitar Anda. Atau jika yang telah ditemukan tidak sesuai dengan oogenus telur yang Anda duga. Oogenus adalah sebuah ootakson, setara dengan genus, digunakan untuk mengklasifikasikan telur dinosaurus yang telah menjadi fosil.
Kemungkinan besar, Anda justru menemukan telur ayam berusia seratus tahun atau batu yang luar biasa bulat.
Diameter telur dinosaurus tidak melebihi 60 cm
Terdapat kendala biologis yang parah pada seberapa besar telur yang dapat tumbuh. Dan titanosaurus seberat 100 ton dari Amerika Selatan pada akhir Zaman Kapur tentu saja telah mencapai batas tersebut. Namun, ahli paleontologi dapat berasumsi bahwa tidak ada telur dinosaurus yang diameternya melebihi 60 cm.
Penemuan telur yang lebih besar akan mengakibatkan konsekuensi mengerikan bagi teori kita saat ini tentang metabolisme dan reproduksi dinosaurus. Bayangkan jika dinosaurus betina harus mengeluarkan telur yang sangat besar.
Sebagian besar telur dinosaurus ridak pernah berhasil menetas
“Alam sama kejamnya pada Era Mesozoikum seperti saat ini,” ungkap Strauss. Predator yang mengintai akan segera melahap sebagian besar dari sekitar selusin telur yang diletakkan oleh Apatosaurus betina. Dan dari sisanya, sebagian besar bayi yang baru menetas akan dilahap begitu mereka menjauh dari telur.
Karena itu, praktik bertelur dalam kelompok berkembang sejak awal. Seekor dinosaurus harus menghasilkan banyak telur untuk mengoptimalkan (jika tidak memastikan) kelangsungan hidup setidaknya satu bayi dinosaurus.
Beberapa telur dinosaurus memanjang, bukan bulat
Sebagai aturan umum, telur yang diletakkan oleh dinosaurus theropoda (pemakan daging) jauh lebih panjang daripada lebarnya. Sedangkan telur sauropoda, ornithopoda, dan pemakan tumbuhan lainnya cenderung lebih bulat.
Tidak seorang pun yakin mengapa demikian. Namun mungkin ada hubungannya dengan bagaimana telur-telur itu mengelompok di tempat bersarang. Mungkin telur yang memanjang lebih mudah disusun dalam pola yang stabil. Atau bahkan lebih tahan terhadap terguling atau diburu oleh predator.
Pecahan kulit telur dinosaurus cukup umum ditemukan
Seperti yang mungkin diharapkan, cangkang telur dinosaurus yang pecah dan mengapur cenderung bertahan lebih lama dalam catatan fosil. Bandingkan dengan embrio yang pernah dilindunginya.
Seorang ahli paleontologi yang waspada dapat dengan mudah mendeteksi sisa-sisa cangkang ini dalam “matriks” fosil. Meski mengidentifikasi dinosaurus tempat mereka berasal secara praktis mustahil. Dalam sebagian besar kasus, pecahan-pecahan ini diabaikan begitu saja. Pasalnya, fosil dinosaurus itu sendiri dianggap jauh lebih penting.
Telur dinosaurus diklasifikasikan berdasarkan 'oogenus'-nya
Kecuali telur dinosaurus ditemukan di dekat fosil dinosaurus, hampir mustahil untuk menentukan genus atau spesies yang bertelur di sana.
Namun, ciri-ciri umum telur dinosaurus, seperti bentuk dan teksturnya, setidaknya dapat menunjukkan genus dinosaurus. Misalnya theropoda, sauropoda, atau jenis dinosaurus lainnya.
Istilah “oogenera” merujuk secara khusus pada taksonomi telur dinosaurus. Beberapa oogenera yang sulit diucapkan ini termasuk Prismatoolithus, Macroolithus, dan Spheroolithus.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR