“Ada persepsi tentang ketidakstabilan politik atau otoritarianisme politik sebagai semacam bahaya bagi wisatawan. Tapi saya tidak berpikir kedua hal ini benar-benar saling terkait,” kata Koyagi. “Jika Anda seorang warga negara, dan jika Anda terlibat dalam politik, Anda memiliki risiko tertentu. Namun bagi wisatawan, itu tidak terlalu berbahaya.”
Namun persepsi tentang bahaya itu mungkin berubah.
Era baru perjalanan kereta api
Pada tahun 2015, sanksi terkait nuklir terhadap Iran dicabut setelah negosiasi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) berhasil dilakukan. Negosiasi itu umumnya dikenal sebagai kesepakatan Iran. Pariwisata bangkit kembali hampir seketika.
Menurut laporan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, Timur Tengah mencatat pertumbuhan pariwisata tertinggi pada tahun 2019. Dan Iran merupakan salah satu destinasi dengan pertumbuhan tercepat.
Iran menargetkan untuk menarik 20 juta pengunjung pada tahun 2025 (naik dari 4,8 juta pada tahun 2014). Iran pun berinvestasi dalam hotel, fasilitas pariwisata, dan transportasi. Transportasi itu termasuk lebih dari 5.400 km jalur kereta api baru dalam 7 tahun terakhir. Jalur tambahan itu termasuk jalur kereta api berkecepatan tinggi antara Teheran, Qom, dan Isfahan.
Rute Trans-Iran sendiri melewati puluhan taman nasional dan suaka margasatwa. Termasuk Hutan Hyrcanian yang terdaftar di UNESCO dan Gunung Damāvand yang terkenal, puncak tertinggi di Iran. Puncak tertinggi itu pun menarik pendaki dari seluruh dunia. Anda dapat melihat jejak sejarah di Khuzestan, salah satu wilayah tertua di dataran tinggi Iran. Khuzestan juga merupakan tempat sistem hidrolik berliku-liku di Shushtar berasal dari abad kelima SM.
Koyagi, yang telah bepergian ke Iran sejak 1997, menceritakan tentang kenangan terindahnya saat naik kereta api ke seluruh negeri. Bertemu orang-orang di tempat-tempat yang berbeda menjadi pengalaman terindahnya.
“Salah satu hal hebat tentang bepergian keliling Iran adalah tidak ada yang meninggalkan Anda sendirian,” kata Koyagi. “Orang lain di gerbong itu berbicara kepada Anda, mereka berbagi makanan dengan Anda, mereka mengajukan berbagai pertanyaan. Anda dapat mendengar berbagai cerita. Danini bukan jenis perjalanan kereta api yang pernah saya alami di tempat lain.”
Tiket kereta api juga sangat terjangkau, kata Matin Lashkari, salah satu pendiri Persian Food Tours. “Sangat damai, sangat aman, dan merupakan perjalanan yang lambat tanpa jejak karbon yang besar,” katanya. “Saya pikir media Barat telah berfokus pada sisi gelap Iran. Saya tidak ingin menyangkal bahwa itu ada, tetapi ada sisi lain yang sama sekali terabaikan.”
Namun Lashkari juga percaya bahwa era baru pariwisata sudah di depan mata. Dia baru-baru ini melakukan perjalanan ke kota Warisan Dunia UNESCO Yazd. Kota itu terkenal dengan bangunan tanahnya yang terkenal, hammam dan pasar tradisional. Juga tekstil tenun tangan. “Kota itu telah berubah total,” katanya. Ia menambahkan bahwa sejumlah restoran, kafe, butik, dan hotel baru telah bermunculan dalam 5 tahun terakhir.
“Saya belum pernah bertemu siapa pun yang datang ke Iran dan tidak terkejut dengan apa yang mereka lihat,” kata Lashkari. “Mereka terpesona oleh keramahtamahan dan keterbukaan orang-orang di sana. Saya merasa banyak orang berpikir bahwa orang Iran tidak terbuka terhadap orang asing karena negara itu telah terisolasi. Tetapi kenyataannya justru sebaliknya.”
Namun kini Iran tengah mengalami masalah pelik. Akankah perang membuatnya kembali terisolasi seperti sebelumnya?
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR